Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menilik Masa Depan Digitalisasi Perusahaan Industri Sawit

Menilik Masa Depan Digitalisasi Perusahaan Industri Sawit Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV PalmCo, sebuah perusahaan negara, telah mengadopsi teknologi digital dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawitnya.

Kepala Divisi Teknologi Informasi PTPN IV PalmCo, Muhammad Aji Priyatna, mengungkapkan bahwa melalui proyek digitalisasi Palm Oil Digitalization Project atau Digitalization for PalmCo 4.0, perusahaan tersebut sudah menerapkan berbagai inovasi teknologi.

Baca Juga: Masuk Musim Kemarau, Idealkah Menanam Kelapa Sawit?

Adapun salah satu inovasi yang diterapkan adalah digital Farming Palm & Rubber, sebuah aplikasi pencatatan hasil produksi kelapa sawit dan karet secara holistik. Selain itu, PTPN juga menerapkan Mill Indicator Monitoring System yang merupakan sistem monitoring berbasis Internet of Things (IoT). Adapun kegunaannya adalah memantau suhu, tekanan, pH air, dan sampel laboratorium di pabrik.

Pada era industri 5.0 ini, perkembangan teknologi, otomatisasi dan digitalisasi saat ini telah mendorong sektor perkebunan kelapa sawit untuk turut serta dalam mengimplementasikan beragam teknologi tersebut. Alhasil, dilakukan penyesuaian teknologi guna tercapainya tingkat efisiensi tinggi yang berkelanjutan.

Era revolusi industri 4.0 ini telah mengantarkan era baru teknologi, otomatisasi, dan digitalisasi di berbagai sektor industri. Adapun perkembangan ini ditandai dengan pesatnya pertumbuhan teknologi informasi, otomatisasi, robotika, analis big data, kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT).

Saat banyak industri, termasuk sektor perkebunan kelapa sawit, masih beradaptasi dengan industri 4.0, kini industri sudah memasuki fase baru yakni 5.0.

Sebagai informasi, industri 5.0 merupakan sebuah konsep yang masih dalam tahap pengembangan dan perdebatan. Konsep ini secara umum mengacu pada kemajuan teknologi yang semakin meningkatkan otomatisasi dan digitalisasi di sektor industri dan produksi. Industri 5.0 ini menekankan integrasi teknologi canggih seperti AI, IoT, dan robotika dengan keahlian dan inovasi manusia untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efisien, fleksibel, berkelanjutan, dan bertanggung jawab secara sosial.

Tujuan dari konsep tersebut adalah menciptakan sistem produksi yang adaptif terhadap permintaan pasar, lebih fokus pada pengalaman pelanggan, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang terbatas.

Harapannya, industri 5.0 ini bisa memberikan banyak manfaat bagi industri, pekerja, pelanggan, dan masyarakat luas seperti meningkatkan produktivitas, kualitas, keselamatan, prospek lapangan kerja baru, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Kendati tidak semua perusahaan langsung mampu mengadopsi teknologi yang relatif baru dan mahal, sudah ada beberapa perusahaan yang mulai mengonsep penerapan teknologi secara perlahan sebagai peluang untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan hasil yang lebih tinggi.

Penerapan teknologi canggih dalam perkebunan sawit seperti IoT, dan AI bisa membantu dalam berbagai aspek.

Misalnya, analisis big data dan AI dapat digunakan untuk memprediksi pola cuaca, mengoptimalkan jadwal pemupukan, dan memantau kesehatan tanaman secara real-time. Robotika dan otomatisasi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi panen serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.

Di sisi lain, pemanfaatan teknologi drone juga bisa digunakan untuk pemetaan lahan dan pemantauan kondisi tanaman, sementara sensor IoT bisa dipasang di lapangan untuk mengumpulkan data tentang kelembaban tanah, kondisi lingkungan dan kualitas udara.

Data tersebut kemudian dapat dianalisis untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan cepat sehingga meningkatkan produktivitas serta mengurangi pemborosan sumber daya.

Akan tetapi, di samping manfaat dan potensi tersebut, ada beberapa tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Salah satunya adalah perihal biaya. Biaya implementasi teknologi yang tinggi serta kebutuhan tenaga kerja yang terampil untuk mengoperasikan dan memelihara sistem baru merupakan beberapa hambatan utama.

Baca Juga: Serbundo: Masih Banyak Buruh Perkebunan Kelapa Sawit Tak Dapat BPJS

Tak hanya itu, tantangan lainnya adalah memastikan bahwa teknologi yang digunakan ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif pada masyarakat sekitar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: