Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Chung Ju-yung Membangun Hyundai, dari Buruh dan Jual Sapi Keluarga hingga Jadi Chaebol

Kisah Chung Ju-yung Membangun Hyundai, dari Buruh dan Jual Sapi Keluarga hingga Jadi Chaebol Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hyundai Motor Company adalah perusahaan otomotif asal Korea Selatan yang bergerak dalam pembuatan berbagai jenis mobil serta distribusi suku cadang. Perusahaan ini telah berhasil mendominasi pasar global dan bersaing dengan merek-merek ternama asal Jepang.

Pendiri Hyundai, Chung Ju-yung, lahir pada 25 November 1915 di Tongchon, yang kini menjadi bagian dari Korea Utara. Chung tumbuh dalam keluarga miskin di tengah penjajahan Jepang, dan ia hanya mampu menempuh pendidikan hingga sekolah dasar karena harus membantu orang tuanya bekerja untuk menafkahi adik-adiknya.

Meski bercita-cita menjadi guru, Chung harus mengubur impiannya karena keterbatasan biaya. Di sela-sela membantu ayahnya bertani, ia menyempatkan diri belajar di sekolah konfusianisme setempat.

Selain bertani, Chung juga kerap membantu ayahnya menjual kayu bakar di kota terdekat. Pengalaman inilah yang memicu motivasinya untuk menjadi pengusaha.

Pada usia 16 tahun, Chung memutuskan melarikan diri dari kampung halamannya dan menempuh perjalanan berbahaya sejauh 15 mil ke Kota Kowon, di mana ia bekerja sebagai buruh konstruksi. Selama bekerja, ia mulai tertarik dengan teknik sipil. Namun, setelah dua bulan, ayahnya memaksa Chung pulang.

Tekadnya untuk merantau tidak surut, dan ia pun mencoba kabur lagi ke Seoul bersama dua temannya. Sayangnya, ayahnya kembali menemukannya dan memaksanya pulang.

Baca Juga: Pindah dari India ke Indonesia, Sri Prakash Lohia Mendirikan Indorama Corporation hingga Kini Sukses Jadi Orang Terkaya ke-5 RI

Setelah bertahan satu tahun di kampung halaman, Chung kabur lagi ke Seoul dengan uang hasil menjual hewan ternak milik keluarganya. Di Seoul, ia bekerja sebagai akuntan, tetapi ayahnya kembali memaksanya pulang.

Chung tidak menyerah dan kabur lagi ke Seoul, di mana ia bekerja serabutan, mulai dari kurir di toko beras, buruh pelabuhan, hingga pekerja konstruksi.

Saat bekerja di toko beras, Chung dikenal cekatan dan akhirnya diangkat sebagai akuntan oleh pemilik toko. Ketika pemilik toko meninggal, Chung mewarisi toko tersebut dan berhasil mengembangkannya dengan pesat.

Namun, pada tahun 1939, toko berasnya terpaksa tutup karena kolonial Jepang memberlakukan sistem penjatahan beras untuk tentara. Chung pun kembali ke kampung halamannya, tetapi semangat bisnisnya tidak padam.

Pada tahun 1940, ia kembali ke Seoul dan memulai bisnis bengkel dengan meminjam 3.000 won dari bank.

Usaha bengkelnya sukses, dan dalam tiga tahun, ia mampu mempekerjakan 70 mekanik. Namun, pada tahun 1943, Jepang memberlakukan peraturan yang memaksa bengkel Chung bergabung dengan pabrik, sehingga ia harus menutup usahanya dan kembali ke desa.

Setelah Perang Dunia II berakhir dan Korea Selatan merdeka, pemerintah mencari orang-orang berbakat untuk membangun negara. Chung tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Pada tahun 1947, ia mendirikan Hyundai dan Hyundai Civil Industries, yang bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun fasilitas umum seperti jalan raya, pelabuhan, dan pangkalan militer.

Baca Juga: Kisah Rolls-Royce, Dibangun Anak Miskin hingga Sukses Jadi Perusahaan Mobil Mewah

Ini menjadi titik awal kesuksesan Chung dan Hyundai. Perusahaannya terus berekspansi hingga menembus pasar global. Tak hanya sukses, Hyundai Motor Company adalah salah satu chaebol Korea Selatan, yaitu konglomerat yang memiliki bisnis keluarga besar.

Saat ini, pabrik Hyundai tersebar di sembilan negara, termasuk Brasil, Tiongkok, Republik Ceko, India, Rusia, Turki, AS, Korea Selatan, dan Indonesia. Hyundai memiliki lebih dari 120.000 karyawan di seluruh dunia.

Menurut data Forbes tahun 2022, Hyundai mencatat pendapatan mencapai USD102,7 miliar atau sekitar Rp1,51 kuadriliun. Catatan ini menjadikannya salah satu perusahaan otomotif terbesar di dunia.

Di tahun-tahun selanjutnya, persaingan produsen kendaraan semakin ketat dengan munculnya merek dari Tiongkok. Meskipun begitu, melansir data Statista, Hyundai masih menempati peringkat ketiga sebagai perusahaan otomotif dengan penjualan terbanyak tahun 2024. Hyundai tercatat menjual 6,9 juta unit, kalah dari Volkswagen 9,03 juta dan Toyota 10,82 unit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: