Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketar-Ketir Dampak Tarif Anyar AS, DPR Desak Pemerintah Fokus Hal Ini

Ketar-Ketir Dampak Tarif Anyar AS, DPR Desak Pemerintah Fokus Hal Ini Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah cepat nan strategis guna meminimalisir dampak negatif dari kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.

Dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip Minggu, (6/4/2025), dia menyinggung pentingnya penguatan industri dalam negeri sebagai langkah utama. Dia menyarankan agar pemerintah fokus dengan kondisi dalam negeri dan menguatkan industri dalam negeri.

“Sebab sekarang semua negara akan mencari pasar besar untuk ekspor produk mereka, dan Indonesia menjadi salah satu tujuan utama. Ini yang menjadi concern kita, industri kita akan makin tertekan, dan taruhannya tenaga kerja,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa penguatan industri dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing produk lokal, memberikan insentif kepada pelaku usaha yang terdampak dan mendorong hilirisasi agar ekspor bernilai tambah tinggi. Dia juga menekankan perlunya mengembangkan substitusi impor serta mempertahankan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Tak hanya memperkuat sektor domestik semata, Evita juga menyarankan pemerintah untuk segera melakukan diplomasi perdagangan dengan AS. Dia menyarankan pemerintah untuk menjalin komunikasi intensif dan melakukan negoisasi ulang tariff di berbagai level pemerintahan.

“Kita meminta komunikasi terus dilakukan dengan pemerintah AS di berbagai tingkatan dan menyiapkan langkah untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh pemerintah AS,” kata politisi dari Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

Saran lainnya yakni pemerintah harus memanfaatkan forum internasional seperti ASEAN dan WTO untuk menekan AS, serta berkoordinasi dengan negara-negara lain yang turut terdampak guna menyusun strategi bersama. Kemudian, ia menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor ke kawasan seperti Uni Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

“Dengan China dan India kita tampaknya cukup baik, tapi kita perlu mencari pasar baru dan membuka peluang ekspor baru sehingga ketika terjadi masalah, produk ekspor kita tetap aman,” tegasnya.

Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump secara resmi mengumumkan kebijakan tarif timbal balik (Reciprocal Tariffs) pada Rabu, 2 April 2025. Indonesia termasuk dalam daftar 10 negara penyumbang defisit perdagangan AS. Nilai impor AS dari Indonesia tercatat lebih tinggi sebesar USD18 miliar dibanding ekspor AS ke Indonesia. Tarif baru yang diberlakukan terhadap produk Indonesia mencapai 32 persen.

Produk ekspor utama Indonesia yang terdampak di antaranya adalah tekstil, sepatu, minyak sawit, udang, ikan, dan peralatan elektrik.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: