Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pidato Presiden Menuju Konsolidasi Demokrasi Lebih Baik (II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Presiden Berharap pada Media Presiden Jokowi dalam pidato di sidang bersama DPD RI dan DPR RI dalam rangka peringatan Proklamasi Hari Ulang Tahun Ke-70 Kemerdekaan RI di Jakarta, Jumat (14/8), menyampaikan harapannya agar media massa tidak hanya mengejar "rating", tetapi harus dapat memberikan panduan untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera.

"Media juga hanya mengejar 'rating' dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai," kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, selama ini berbagai pihak masih melihat perlambatan perekonomian nasional sebagai masalah utama. Padahal, menurut Presiden, menipisnya nilai-nilai kesantunan dan tata krama juga dinilai sebagai hal yang berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa.

Pers sebagai pilar keempat demokrasi memainkan peran penting sebagai pencerah kepada masyarakat dengan memberikan informasi yang berimbang sehingga keberadaanya tidak bisa dipisahkan dengan sistem demokrasi.

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai bagus pendapat yang dikemukakan Presiden terkait dengan keberadaan dan fungsi media massa di Indonesia. Namun, dia mengingatkan bahwa media massa merupakan partner demokrasi sehingga tidak mungkin ada demokrasi tanpa media.

"Bukannya media massa yang menjadikan beliau (Presiden Jokowi) menjadi presiden? Apa yang disampaikan Pak Jokowi baik. Namun, politik tidak bisa dipisahkan dengan media massa sebagai partner demokrasi," katanya.

Anggota Komisi I DPR RI Elnino Mohi mengatakan bahwa dirinya terkejut dengan penggalan pidato Presiden Jokowi yang mengkritik media meskipun kritik itu ada benarnya. Namun, menurut dia, apabila kita "flash back", Jokowi menang oleh media yang dikritiknya saat ini.

"Media yang katanya sensasional, tidak membina karakter bangsa, media yang seperti itulah yang kebanyakan mempromosikan Jokowi dan membuat dia menang," ujarnya.

Menurut dia, seharusnya Presiden Jokowi dalam pidatonya itu menyebut beberapa media, bukan media secara umum karena masih banyak media-media yang bagus, fair, membangun, mendidik, dan bahasanya bagus.

Mungkin, lanjut dia, ada beberapa media yang dulunya mendukung Presiden, kemudian mengkritik beliau setelah menjabat dengan cara media tersebut dan itu berakibat negatif bagi Jokowi.

"Mungkin karena itu sehingga (Presiden Jokowi) merasa tidak nyaman, tidak diuntungkan, maka muncul di pidato beliau," ujarnya.

Anggota Fraksi PAN di DPR RI Teguh Juwarno mengatakan bahwa lebih efektif apabila Presiden Jokowi memanggil para pemilik media massa dan menyampaikan keprihatinannya tersebut. Hal itu, menurut dia, agar media memiliki komitmen bersama membuat tayangan yang lebih inspiratif.

"Saya khawatir, pidato Pak Jokowi akan diabaikan oleh pemilik dan pengelola media atas nama rating dan iklan pada era industri media saat ini," katanya.

Salah satu indikator keberhasilan demokrasi adalah lembaga negara dan elemen pendukung demokrasi seperti pers dapat terkonsolidasi dengan baik untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dan berkeadilan.

Transformasi lembaga negara menjadi elemen penting dalam demokrasi yang menjalankan fungsinya dengan baik harus menjadi keniscayaan. Selain itu, pers sebagai pilar keempat demokrasi harus tetap hidup menyuarakan kebenaran fakta, bukan hanya mengejar rating dan meninabobokan masyarakat dengan berita yang mengaburkan fakta. (Ant) SELESAI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: