- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Karyawan Terlibat Aksi Terorisme, Saham Karakatau Steel Diamuk Investor!
Manajamen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengakui bahwa satu dari empat terduga teroris yang diringkus Densus 88 di Banten merupakan bagian dari perusahaan pelat merah tersebut. Namun, Sekretaris KRAS, Pria Utama, menegaskan bahwa pelaku berinisial AM tersebut bukanlah petinggi atau bagian dari manajemen, melainkan hanya seorang karyawan dalam tataran sebagai staf.?
"Bahwa berdasarkan informasi yang kami peroleh, yang bersangkutan adalah karyawan level staf setingkat supervisor di PT Krakatau Steel Tbk dan bukan merupakan petinggi atau level manajemen di PT Krakatau Steel Tbk," jelas Pria secara tertulis, Kamis (14/11/2019) kemarin.
Baca Juga: Anggota BUMN Kena Ciduk Densus 88, Erick Thohir Bereaksi. . . .
Sementara KRAS menyatakan mendukung dan siap bekerja sama dengan aparat dalam penyelidikan kasus tersebut, investor di pasar saham mulai menunjukkan reaksi yang berimbas pada pergerakan saham KRAS.
Asal tahu saja, sampai dengan pertengahan sesi I, saham KRAS bergerak fluktuatif di zona hijau dengan catatan level tertinggi di angka Rp310 per saham. Namun, sekitar pukul 10.00 WIB, saham KRAS tiba-tiba amblas ke zona merah hingga menyentuh level terendah di Rp302 per saham.?
Baca Juga: Sambangi 3 Pabrik, Rini Yakin Tahun Depan Krakatau Steel Bisa Sehat
Tekanan jual menjadi alasan utama yang membuat saham KRAS tersungkur ke zona merah. Dengan akumulasi jual bersih senilai Rp8,99 juta, saham KRAS terpaksa parkir dengan kontraksi -0,65% ke level Rp304 per saham pada akhir sesi I, Jumat (15/11/2019).?
Perlu diketahui, dalam sebulan terakhir, pergerakan saham KRAS menunjukkan tren pelemahan dengan akumulasi koreksi mencapai -10,59%. Adapun sampai dengan Jumat siang, bursa mencatat ada 197 kali transaksi yang memperdagangkan sejumlah 2,35 juta saham KRAS dengan nilai sebesar Rp714,09 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih