Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gapki Kaltim: Mandatori Biodiesel Untungkan Pelaku Sawit

        Gapki Kaltim: Mandatori Biodiesel Untungkan Pelaku Sawit Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Meskipun telah diimplementasikan sejak Januari 2020 lalu, program mandatori biodiesel masih dituding oleh sejumlah pihak sebagai program yang hanya menguntungkan korporasi besar, bukan petani.

        Terkait dengan hal tersebut, Dewan Pembina Gapki Kalimantan Timur (Kaltim) Azwan Ridwan mengaku bahwa program biodiesel justru menguntungkan seluruh pelaku usaha industri perkebunan kelapa sawit, termasuk petani.

        Sebagai energi terbarukan yang menjadi alternatif dari kebutuhan minyak bumi yang semakin menipis, CPO terbukti menjadi bahan baku biodiesel yang paling potensial dibanding dengan bahan nabati lainnya.

        Baca Juga: Harga CPO di Hari Sawit Nasional: Tertinggi Sepanjang 6 Tahun Terakhir

        Terkait rendahnya harga jual tandan buah segar (TBS) di tingkat petani, Azmal mengatakan, hal tersebut terjadi karena pihak petani menjual ke pengepul. Ia menyarankan, sebaiknya petani membentuk koperasi dan melakukan perjanjian kerja sama dengan pabrik perkebunan. Tujuannya, agar harga yang diterima petani sesuai dengan harga penetapan pemerintah daerah.

        Dari data Dinas Perkebunan Kaltim, harga TBS periode Oktober 2020 untuk kategori umur tanaman 10–20 tahun yakni sebesar Rp1.762 per kg dan harga CPO sebesar Rp8.787 per kg.

        Sepanjang 2019, permintaan domestik minyak sawit untuk konsumsi pangan, biodiesel, dan oleokimia tumbuh sebesar 24 persen yakni menjadi 16,7 juta ton. Dengan peningkatan konsumsi CPO domestik, maka otomatis akan mengurangi volume ekspor CPO Indonesia.

        Terkait hal ini Azmal mengatakan, "sekarang ada yang beli dalam dan luar negeri ya silakan saja. Yang jadi soal itu, kalau tidak ada yang beli. Ini kan cuma pindah saja. Dari ekspor ke domestik."

        Meskipun diakuinya, terdapat perbedaan harga antara penjualan ekspor dan domestik, namun Azmal optimis, jika produksi biodiesel sudah masif dan kebutuhan CPO domestik semakin besar, maka keuntungan yang diterima pelaku usaha juga akan sebanding dengan penjualan ekspor.

        Baca Juga: Lawan Tuduhan Sawit Sebabkan Kekeringan, Ini Faktanya

        Lebih lanjut Azmal menyebut, Kalimantan Timur berpotensi untuk membangun pabrik biodiesel. Mengingat, ketersediaan bahan baku CPO di Kaltim yang cukup melimpah, upaya pemerintah menarik investor untuk memulai bisnis tersebut perlu dilakukan. Produksi biodiesel akan mendorong hilirisasi industri sawit di Kalimantan Timur dan menciptakan industri turunan lainnya.

        Ditambah lagi, produk turunan minyak kelapa sawit hampir mencakup seluruh kebutuhan hidup masyarakat seperti minyak goreng, margarin, produk kesehatan, kosmetik, hingga bahan bakar. Jika seluruh kebutuhan tersebut dapat diproduksi di Kalimantan Timur, maka harga kebutuhan pokok akan lebih terjangkau bagi masyarakat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: