Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Panen Untung Lewat Urban Farming Ala Warga Bandung, Guys, Mau Coba?

        Panen Untung Lewat Urban Farming Ala Warga Bandung, Guys, Mau Coba? Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Urban Farming dinilai cocok bagi warga perkotaan yang tidak memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam. Bahkan sistem ini bisa mengantisipasi krisis pangan akibat keterbatasan lahan perkotaan.

        Sejak green house pertama kali dibangun pada Oktober 2020, hingga saat ini warga RW 02 Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buah batu Kota Bandung sudah lima kali panen.

        Di dalam green house berukuran 15 x 4 meter itu, dia bersama warga lainnya menanam kangkung, bayam, dan pakcoy dengan konsep urban farming. Baca Juga: Permudah Eksportir, Kementan Buka Keran Buat Ekspor Produk Pertanian

        "Tinggal di kawasan perkotaan mengharuskan mereka untuk memanfaatkan sisa lahan yang luasnya tentu terbatas," kata salah satu warga RW 02 Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buah batu Kota Bandung, Doni kepada wartawan di Bandung, Jumat (19/3/2021).

        Urban farming tersebut menggunakan pipa sebagai media pertumbuhannya, total terdapat 526 netpot yang semuanya tumbuh dengan baik. Sehingga tidaklah mengherankan jika mereka sudah berkali-kali panen sayuran meski berkebun di lahan yang terbatas.

        "Sayuran hasil hidroponik rasanya beda. Lebih enak, lebih renyah. Kami juga menggunakan pupuk yang kadar kimianya jauh lebih rendah," ungkapnya.

        Adapun, Ketua RW 02, Muhammad Nuzul, mengakui jika saat ini hasil perkebunannya itu masih berskala kecil. Seluruh hasil panen diberikan kepada warga lain yang lebih membutuhkan. 

        Dia berharap ke depannya konsep urban farming ini bisa diterapkan hingga ke rumah masing-masing. "Kalau sudah banyak, bisa saja berorientasi profit," umbuhnya.

        Nuzul menjelaskan, green house yang dibangunnya ini merupakan hasil swadaya masyarakat karena memiliki kepedulian yang sama terkait pentingnya menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. Dalam perawatannya, warga silih berganti memberikan peran sesuai kemampuan yang dimiliki.

        "Ini lahannya juga milik umum. Kebetulan warga di sini banyak pensiunan, jadi punya lebih banyak waktu dan tingkat kepeduliannya tinggi," ungkapnya.

        Selain green house untuk sayuran, di dalam lahan yang sama pun terdapat budidaya ikan. Sedikitnya ada tiga kolam yang sudah disiapkan untuk pengembangbiakan sumber protein hewani tersebut.

        "Ini baru selesai. Kita sedang menyiapkan, ikan apa yang cocok untuk dibudidayakan," katanya

        Sama halnya dengan green house, pembudidayaan ikan ini pun dibangun secara sukarela oleh warga yang berada di kawasan Bandung timur tersebut. Bahkan, tidak lama lagi dia bersama warga lainnya akan membangun kandang untuk peternakan.

        "Di samping green house ini masih ada cukup lahan. Kami akan buat untuk peternakannya," kata dia.

        Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan urban farming yang dilakukan Nuzul bersama warga RW 02 lainnya di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu patut ditiru oleh warga lainnya di Kota Bandung.

        Selain semuanya dilakukan secara swadaya, sistem perkebunan ini sesuai dengan program Pemerintah Kota Bandung terkait ketahanan pangan dari rumah warga. Sebagai contoh, pihaknya meluncurkan program Buruan SAE.

        "Buruan SAE itu urban farming," katanya.

        Namun, Gin Gin mengakui saat ini masih belum banyak warga Kota Bandung yang tergerak secara swadaya untuk menjalankan program tersebut.

        "Beberapa punya kelompok Buruan SAE, tapi masih menggantungkan ke pemerintah. Makanya saya ke sini (green house RW 02 -red), karena saya mendengar ini ada inisiatif, ada green house," jelasnya

        Gin Gin juga mengakui, sudah berkali-kali keliling Kota Bandung untuk mencari urban farming. Namun, sangat jarang urban farming di Kota Bandung yang bertahan lama. Rata-rata hanya bertahan hingga sekali panen lalu ditinggalkan begitu saja.

        Padahal, pemenuhan kebutuhan pangan di Kota Bandung sangat tergantung pasokan dari luar. Misalnya, 96% pangan di Kota Bandung seperti telur, ikan, beras, ayam dipasok dari luar.

        "Banyak green house, urban farming yang mangkrak. Panen sekali, sudah jalan, selesai. Ini sudah panen lima kali. Ini akan jadi catatan besar, wali kota sangat concern terhadap Buruan SAE atau urban farming," ungkapnya.

        Terlebih, dengan kondisi pandemi seperti sekarang, daerah pemasok pangan cenderung mengurangi jumlah kirimannya. "Memang belum ada yang disetop. Tapi dengan ada covid, beberapa daerah menahan pasokan produksinya," kata dia.

        Oleh karena itu, Gingin menegaskan  kembali mengingat pentingnya menjaga ketahanan pangan dari rumah warga.

        "Memang, akhirnya kemandirian rumah tangga untuk menghasilkan pangan sendiri menjadi penting. Makanya Buruan SAE dikembangkan, memanfaatkan lahan yang ada. Mudah-mudahan ke depan masing-masing warga ada kemauan untuk menanam," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: