Pangeran putra mahkota Arab Saudi mengatakan Israel berhak untuk hidup damai di tanah mereka sendiri dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Senin (3/4/2018) di majalah AS The Atlantic, tanda publik lainnya tentang hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv yang tampak semakin dekat.
Ditanya apakah dia yakin orang-orang Yahudi memiliki hak untuk negara-bangsa di setidaknya bagian dari tanah air leluhur mereka, Mohammed bin Salman mengatakan: “Saya yakin orang Palestina dan Israel memiliki hak untuk memiliki tanah mereka sendiri. Tetapi, kita harus memiliki perjanjian damai untuk menjamin stabilitas bagi semua orang dan memiliki hubungan normal,” ungkapnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (3/4/2018).
Arab Saudi yang notabene merupakan tempat kelahiran Islam dan rumah bagi tempat-tempat suci umat Muslim, tidak mengakui Israel. Arab Saudi telah mempertahankan selama bertahun-tahun bahwa normalisasi hubungan bergantung pada penarikan Israel dari tanah Arab yang ditangkap dalam perang Timur Tengah 1967, wilayah Palestina mencari negara masa depan.
“Kami memiliki keprihatinan agama tentang nasib masjid suci di Yerusalem dan hak-hak rakyat Palestina. Ini yang kami miliki. Kami tidak memiliki keberatan terhadap orang lain,” tutur Pangeran Mohammed yang mengunjungi Amerika Serikat untuk menghidupkan investasi dan dukungan atas usahanya untuk mengendalikan pengaruh Iran.
Peningkatan ketegangan antara Teheran dan Riyadh telah memicu spekulasi bahwa kepentingan bersama dapat mendorong Arab Saudi dan Israel untuk bekerja sama melawan apa yang mereka lihat sebagai ancaman umum Iran.
"Ada banyak kepentingan yang kami bagi dengan Israel dan jika ada perdamaian, akan ada banyak kepentingan antara Israel dan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk", tambah Pangeran Mohammed.
Arab Saudi membuka wilayah udaranya untuk pertama kalinya ke penerbangan komersial ke Israel bulan lalu, dimana seorang pejabat Israel memuji sebagai upaya bersejarah setelah kurun waktu dua tahun.
Pada bulan November, seorang anggota kabinet Israel mengungkapkan kontak terselubung dengan Arab Saudi, pengakuan yang jarang dari transaksi rahasia yang lama dirumorkan yang masih disangkal oleh Riyadh.
Arab Saudi mengutuk langkah Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel tahun lalu, tetapi para pejabat Arab mengatakan kepada Reuters pada saat itu bahwa Riyadh tampaknya sejalan dengan strategi AS yang lebih luas untuk rencana perdamaian Israel-Palestina yang masih dalam tahap awal fase pengembangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo