Sekitar 25 tahun yang lalu, tepatnya pada 5 Juli 1994, Amazon mulai berdiri sebagai situs online jual beli buku yang beroperasi dari sebuah garasi. Meski Books.com lebih awal berdiri pada 1992, Amazon berhasil memikat hati pelanggan dan berkembang lebih signifikan di setiap tahun.
Dengan kondisi pasar yang dinamis, Amazon tidak pernah berhenti berinovasi, membuka bisnis baru, dan mengakuisisi perusahaan lain yang mendukung bisnis utama. Walmart yang didirikan pada 1962 dan menjadi korporasi ritel konvensional terbesar di Amerika Serikat (AS) juga tak mampu bersaing dengan Amazon.
Siapa sangka, perusahaan yang terlahir dari sebuah garasi kini menjadi raksasa yang menggurita. Pada tahun ini Amazon menggeser Walmart sebagai perusahaan ritel terbesar di AS. Bahkan pendiri Amazon, Jeff Bezos, menjadi orang terkaya di dunia dengan kekayaan USD137 miliar. Saat ini Amazon memiliki beragam bisnis, mulai dari e-commerce, cloud computing, kecerdasan buatan hingga misi luar angkasa.
Baca Juga: Amazon Mulai Bangun Jaringan Logistik In House
Amazon merupakan perusahaan paling bernilai di dunia yang menggeser Apple Inc dan Google LLC dari posisi puncak. Berdasarkan hasil survei Kantar dalam BrandZ Top 100 Most Valuable Global Brand 2019, nilai Amazon pada 2019 mencapai USD315,5 miliar (Rp4.490 triliun), naik sekitar 52% bila dibandingkan dengan tahun lalu.
Nilai merek Google saat ini ditaksir USD309 miliar (Rp4.398 triliun). Kepala global BrandZ, Doreen Wang, mengatakan keunggulan Amazon terletak pada inovasi bisnis. “Nilai mereknya tumbuh hampir USD108 miliar pada 2018. Artinya Amazon kini tidak lagi terpaut pada kategori tertentu,” kata Wang.
Amazon telah gencar menanamkan investasi ke berbagai bidang setelah bisnis utamanya mengalami perlambatan. Di antaranya ke perusahaan startup mobil self-driving Aurora, perusahaan truk listrik Rivian, dan perusahaan pesawat Amazon Air. Amazon juga mengakuisisi dua firma, PillPack dan Deliveroo.
Dalam survei serupa yang dirilis Brand Finance pada Mei lalu, Amazon juga berada di puncak peringkat. Brand Finance menyatakan nilai merek Amazon naik sekitar 42% atau menjadi USD150,8 miliar. CEO Brand Finance, David Haigh, mengatakan merek Amazon kemungkinan besar akan terus tumbuh dengan pesat.
Baca Juga: Inovasi Amazon di Inggris Ciptakan 2.000 Pekerjaan Baru
“Amazon merupakan brand paling besar dan paling berpengaruh di dunia dengan pertumbuhan yang tak terhentikan,” ujar Haigh di situs brandfinance.com. “Kekuatan dan nilai merek Amazon mendorong para pemegang saham untuk memperluas sektor bisnis tanpa lelah. Amazon merupakan merek yang kuat,” tambahnya.
Dengan kesuksesan ini, Bezos menjadi orang terkaya di dunia. Sumber kekayaannya berasal dari bisnis komputasi cloud. Dia juga memiliki perusahaan eksplorasi antariksa Blue Origin. Namun Amazon tetap menjadi sumber terbesarnya. “Amazon membukukan pendapatan USD233 miliar,” ungkap laporan Bloomberg.
Dominasi Amazon kian tak terhentikan setelah mengakuisisi Whole Foods, Zappos, Audible, Twitch, dan Ring. “Tempat pertama yang dikunjungi para pembeli saat ini ialah pasar online. Saat berselancar, sebagian besar dari mereka mengunjungi Amazon,” ujar Charles Fishman, penulis buku The Wal-Mart Effect.
Sam Walton mendirikan Walmart untuk memenuhi berbagai kebutuhan konsumen dengan harga yang terjangkau dan tidak berbeda di seluruh AS. Pada awal 1990-an, konsumen di AS tidak pernah berpikir dapat membeli celana jeans biru dan ayam di tempat yang sama sampai Walmart mengubah sistem dagang.
Baca Juga: Depak Apple dan Google, Amazon Berhasil Jadi Brand Paling Berharga di Dunia
Namun pejabat AS mengatakan Amazon tumbuh terlalu besar. Pada awal tahun ini anggota Parlemen AS Alexandria Ocasio-Cortez menentang rencana Amazon mendirikan kantor pusat kedua di New York. Senator Massachusett, Elizabeth Warren, juga mengatakan Amazon tidak boleh menjadi pasar sekaligus penjual.
Kesuskesan Amazon tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur dan sistem pengiriman yang supercepat. Hampir semuanya dapat dikirimkan dalam hitungan jam atau hari. Fishman mengatakan Amazon telah mengubah kebiasaan konsumen dari ketidakpedulian terhadap penilaian orang menjadi peduli sekali.
“Dulu, saat akan membeli barang, terutama yang berkaitan dengan fashion atau buku, para pembeli selalu mengatakan, ’Bodo amat dengan apa yang dikatakan orang lain.’ Tapi sekarang para pembeli selalu menunggu reviu dari orang lain sebelum membeli barang. Ini merupakan perubahan besar,” katanya.
Dampak Amazon signifikan, bahkan menyebabkan toko kelontong gulung tikar. Selama 15 pekan awal tahun ini saja sekitar 6.000 toko di AS terpaksa tutup akibat tidak mampu menjual barang dagangan. Sebaliknya Amazon terus tumbuh dengan kapitalisasi pasar hampir menyentuh USD1 triliun pada Juli ini.
Amazon diprediksi akan meraup penjualan sebesar USD275,06 miliar pada akhir tahun ini. Namun Bezos tidak menyangka perusahaan rintisannya tersebut akan menjadi perusahaan raksasa. “Saya tidak dapat menjamin Amazon akan dapat menjadi perusahaan yang sukses,” ujar Bezos pada 1999 seperti dilansir BBC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri