Kondisi Sampah Plastik di Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian, plastik yang telah teresidu tidak akan terdegrasi secara alamiah. Tapi, akan hancur dan meninggalkan potongan-potongan plastik berupa serpihan yang sangat kecil atau mikro plastik (microplastic).
Mikro plastik bukan hanya berasal dari kantong plastik atau botol air minum plastik, tapi juga datang dari berbagai variasi sumber seperti kosmetik dan pakaian sintetis. Potongan plastik kecil terus berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Apabila potongan kecil ini sampai pada tempat pembuangan akhir seperti tempat tanah dan air maka mikro plastik akan menjadi bahan santapan mikro-organisme lainnya seperti plankton.
Baca Juga: Nadiem Larang Anak Buahnya Pakai Plastik
Jika rantai makanan terjadi, plankton yang ada di laut memakan mikro plastik – kemudian ikan makan plankton, dan manusia makan ikan tersebut, maka mikro plastik akan terus berimigrasi ke dalam tubuh manusia dan mengalir melewati pembuluh darah atau organ-organ vital lainnya. Jika dibiarkan, hal tersebut berpotensi merusak sistem imunitas karena akan terus mengalir sebagai bahan kimia yang beracun di dalam tubuh manusia.
Bagaimana kondisi sampah plastik di Indonesia? Bedasarkan data Jenna Jambeck yang dipublikasi pada tahun 2015 lewat Jurnal Science, Indonesia berada pada peringkat dua setelah Tiongkok sebagai negara penyumbang plastik terbanyak ke lautan. Sampai dengan hari ini, hanya 14% dari plastik seluruh dunia didaur ulang, 2% digunakan kembali sebagai kemasan, dan sisanya dibuang di tanah dan di lautan kita.
Jika lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya maka diperkirakan sembilan miliar kilogram dari sampah plastik terbuang ke lautan setiap tahunnya - dan tertimbun di lautan yang dalam. Duh…..
Dampak Sampah Plastik
Dampak yang ditimbulkan sampah plastik di laut, banyak. Dari ancaman terhadap ekosistem bahari, kesehatan manusia, hingga ekonomi.
Apa saja? Pertama, merusak keseimbangan nutrien di laut. Sampah plastik yang memenuhi lautan dapat membahayakan ikan paus dan Manta Ray. Racun yang terkandung di dalam mikroplastik berbahaya bagi metabolisme dan fungsi reproduksi.
Kedua, membahayakan keselamatan hewan bawah laut. Mereka kini hidup berdampingan dengan sampah plastik dan salah mengira sampah plastik adalah makanannya. Contoh, penyu yang semestinya memakan ubur-ubur justru memakan sampah plastik di laut. Sekarang ini, diperkirakan tiga dari tujuh spesies penyu terancam punah. Bahkan menurut wwf.panda.org, setidaknya 267 spesies di seluruh dunia turut terkena bahaya sampah plastik yang meliputi 84% penyu laut dan 43% mamalia laut.
Ketiga, merusak terumbu karang. Terumbu karang berperan besar menyediakan habitat yang sangat krusial dalam kelangsungan hidup spesies laut. Selain itu, dapat menyesuaikan kadar karbon dan nitrogen dalam air serta menghasilkan nutrisi penting untuk rantai makanan laut. Namun dengan lautan yang bergelimang sampah plastik, jumlah patogen di perairan meningkat cepat.
Berdasarkan studi yang dipimpin Joleah B Lamb (2018), sebanyak 89% terumbu karang yang bersentuhan dengan plastik cenderung terjangkit penyakit.
Keempat, mengurangi populasi fitoplankton yang menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Berkat oksigen dari laut, setidaknya akan ada penurunan emisi karbon dioksida. Namun jika sampah plastik mengganggu populasi fitoplankton, produksi oksigen dari lautan akan berkurang dan membahayakan planet bumi.
Kelima, mengancam eksistensi burung laut. Sampah plastik turut membahayakan burung laut. Menurut artikel ilmiah Threat of Plastic Pollution to Seabirds is Global, Pervasive, and Increasing (2015), 90% dari burung laut memakan sampah plastik. Isi perut dari burung laut kebanyakan adalah sampah plastik berupa tutup botol, serat sintetis pakaian, dan mikroplastik.
Keenam, berbahaya bagi kesehatan manusia. Sampah plastik dapat berbahaya bagi kesehatan manusia lewat rantai makanan. Menurut studi kasus dari Montana State University (2012), di dalam plastik terdapat kandungan timbal, kadmium, dan merkuri yang sangat beracun.
Ada pula plastik yang mengandung diethylhexyl phthalate (DEHP). Racun-racun lain yang ada pada plastik dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, terganggunya sistem kekebalan tubuh dan perkembangan anak, hingga cacat lahir.
Ketujuh, berdampak buruk bagi perekonomian. Perekonomian akan dirugikan pula dengan meningkatnya sampah plastik di laut, terutama bagi industri perikanan dan pariwisata. Sebagaimana dilansir dari worldfinance.com, kepingan plastik bisa menyebabkan kerusakan pada alat-alat penangkap ikan.
Bukan hanya butuh untuk diperbaiki, namun sebagian kerusakan yang disebabkan oleh sampah plastik justru mengharuskan penggantian kapal. Bagi industri pariwisata, sampah plastik mengurangi eksotisme destinasi wisata. Sejumlah pantai yang dipenuhi dengan gunungan sampah plastik akan berujung pada berkurangnya jumlah pengunjung. Itu artinya, pendapatan kian merosot jika masalah ini tak lekas ditanggulangi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: