Penelitian itu dikerjakan para pakar dari Universitas Siena, Italia, dan Universitas Arhus, Denmark. Berdasarkan data resmi pemerintah Italia, kematian akibat Covid-19 di wilayah Lombardy dan Emilia Romagna hingga 21 Maret lalu mencapai 12 persen. Sebagai perbandingan, persentase di wilayah Italia lainnya adalah 4,5 persen.
Kajian yang diterbitkan dalam jurnal daring Science Direct itu menyatakan, "Polusi udara tinggi di Italia bagian utara semestinya diperhitungkan sebagai faktor pendorong jumlah kematian yang tinggi akibat Covid-19 di wilayah tersebut."
Penelitian itu juga menyebut faktor lain yang patut diperhitungkan, antara lain populasi, usia, sistem kesehatan yang berbeda, dan kebijakan pencegahan yang berbeda di setiap wilayah.
Polusi Udara di Negara Berkembang
WHO menyebut lebih dari 90 persen populasi dunia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi yang melebihi batas normal. Mayoritas penduduk itu tinggal negara di negara miskin. Cesar Bugaoisan adalah pakar penyakit pernafasan di Asosiasi Praktisi Kesehatan Paru di Filipina.
"Dalam data awal kami, hampir seluruh pasien di Filipina yang meninggal akibat Covid-19 memiliki penyakit bawaan, mayoritas berkaitan dengan polusi udara," kata Bugaoisan.
Sejumlah kajian yang terbit belakangan ini, termasuk Laporan Kualitas Udara Dunia 2019, menyebut India adalah negara dengan kota berpolusi udara tinggi terbanyak.
Sejauh ini terdapat 521 kasus kematian akibat Covid-19 di India, menurut data Universitas John Hopkins. Sejumlah dokter di India berkata kepada BBC bahwa mereka tidak meremehkan kaitan antara penyakit yang disebabkan polusi udara dan kasus fatal Covid-19.
"Jika kita lihat virus corona yang semakin menyebar, orang-orang dengan penyakit bawaan berbasis polusi udara akan menjadi kelompok yang paling rentan," kata SK Chhabra, pimpinan departemen penyakit paru di Primus Super Speciality Hospital, New Delhi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: