Belasan E-Commerce RI Tutup Lapak: Dari Rakuten hingga Blanja.com
3. MatahariMall (2018)
Situs belanja online milik Lippo Group, yakni MatahariMall.com kini tinggal menjadi kenangan setelah resmi tutup pada November 2018 lalu. Padahal, usianya kala itu baru menginjak tiga tahun sejak pertama kali beroperasi pada tahun 2015.
Baca Juga: Ya Ampun! Kerugian Matahari Makin Lama Makin Menumpuk
Mengusung konsep online to online dan offline to offline (O2O), MatahariMall menawarkan layanan berbelanja di berbagai cabang toko fisik milik Matahari Department Store (LPPF). Belakangan diketahui, keagresifan manajemen untuk membesarkan MatahariMall dalam waktu singkat justru menjadi boomerang bagi bisnis itu sendiri.
Dalam pertemuan yang digelar oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada November 2018 lalu, Mochtar Riady, mengakui ada kegagalan dalam pengembangan MatahariMall.com, di mana pada saat itu arah bisnis belum terlalu jelas.
"Mataharimall.com itu gagal karena melawan hukum alam, langsung dibuat besar, tidak dari kecil dulu ... Jadi, harus jelas dulu ke mana arah (bisnisnya)," katanya kala itu.
Sampai akhirnya, pihak manajemen mengambil keputusan untuk melebur MatahariMall.com dengan unit bisnis daring utama milik LPPF, yakni Matahari.com yang dinilai lebih berpengalaman dalam bidang fesyen. Melalui peleburan tersebut, konsumen diklaim akan mempunyai pengalaman baru dalam hal berbelanja, khususnya di bidang fesyen di Indonesia.
"Konsumen Indonesia memilki lebih banyak pilihan untuk berbelanja barang fashion tanpa batasan apa pun baik di online maupun offline," imbuh manajemen MatahariMall.com.
4. Lolalola (2017)
Lolalola dikenal sebagai e-commerce yang menyediakan produk khusus berupa pakaian dalam perempuan, khususnya lingerie. Lolalola pertama kali rilis pada Maret 2015 silam. Namun, kiprahnya pun tak bertahan lama karena pada Januari 2017 layanan di marketplace ini resmi ditutup.
Melalui pesan di media sosialnya, Lolalola yang didirikan oleh Donna Lesmana ini mengumumkan bahwa operasional akan dihentikan mulai 4 Januari 2017. Padahal, pada awal kemunculannya, Lolalola hadir dengan optimisme yang tinggi bahkan sampai menerima dukungan pendanaan dari Ardent Ventures.
Baca Juga: Sosial E-Commerce Borong Bareng Luncurkan Aplikasi E-Commerce
Menyusul pengumuman tersebut, manajemen mengatakan bahwa transaksi yang sudah masuk sampai dengan akhir 2016 akan tetap diproses. Pihaknya juga masih melayani pembelian melalui kanal lainnya, seperti Facebook, Instagram, Line, hingga WhatsApp.
Tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasan penutupan Lolalola. Penutupan tersebut kemungkinan besar disesbabkan oleh persaingan ketat di industri fesyen Tanah Air.
“Terima kasih telah berbelanja di www.lolalo.la. Kami akan menghentikan pengoperasian www.lolalo.la per 4 Januari 2017," singkat Lolalola dalam situs resminya.
5. Cipika (2017)
Perusahaan besar sekelas Indosat Ooredoo juga pernah menutup salah satu lengan bisnisnya, yaitu Cipika. Baru rilis pada tahun 2015, e-commerce Cipika harus tutup pada 1 Juni 2017.
"Dengan menyesal, kami mengumumkan bahwa per 1 Juni 2017, layanan Cipika.co.id akan berhenti beroperasi. Kami manfaatkan sisa waktu di bulan Mei untuk memastikan semua pesanan pelanggan terkirim dan merchant menerima pembayaran untuk semua transaksi dilakukan di Cipika Store," demikian bunyi pengumuman Cipika.
Diakui oleh pihak manajemen Indosat, penutupan Cipika dilakukan seiring dengan adanya perubahan strategi bisnis perusahaan untuk fokus ke bisnis inti di bidang telekomunikasi. Cipika sendiri merupakan situs yang menawarkan produk mulai dari elektronik hingga makanan.
President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli, menambahkan bahwa pendanaan yang besar untuk mengembangkan Cipika juga menjadi pertimbangan manajemen dalam mengambil keputusan tersebut.
"Setelah kami explore dan ubah bentuk bisnisnya beberapa kali, kami belum juga menemukan model bisnis yang menjanjikan. Makanya Cipika ditutup karena nantinya bakal cash burning tanpa ada ujung jelas," pungkasnya seperti dilansir dari Liputan6.
6. Rakuten (2016)
Raksasa e-commerce asal Jepang, yakni Rakuten hadir di Indonesia pada tahun 2011. Kala itu, Rakuten masuk pasar lokal dengan menggandeng MNC Group sebagai mitra bisnisnya. Kiprah Rakuten di Indonesia hanya bertahan selama lima tahun. Rakasa e-commerce tersebut resmi menghentikan aktivitas bisnisnya di Indonesia pada 1 Maret 2016.
Hal tersebut disampaikan manajemen secara tertulis yang sekaligus menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada Rakuten.
"Dengan sangat menyesal kami mengumumkan bahwa Rakuten Belanja Online tidak lagi tersedia bagi pelanggan untuk melakukan pembelian per 1 Maret 2016. Kami ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan Anda selama beberapa tahun ini dan kami harap Anda menikmati berbelanja di Rakuten Belanja Online," tulis manajemen Rakuten.
Pada saat yang bersamaan Rakuten juga menghentikan bisnis di sejumlah negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia dan Singapura. Persaingan bisnis online yang ketat menjadi alasan besar di balik keputusan Rakuten untuk angkat kaki dari pasar Asia Tenggara.
"Rakuten kesulitan di Asia Tenggara melawan kompetitor seperti Lazada dari Jerman dan telah menyimpulkan kalau mereka tidak bisa lagi mengharapkan pertumbuhan lebih lanjut di kawasan itu," tulis media Japan Times.
Selain itu, penutupan layanan Rakuten juga dilakukan seiring dengan adanya perubahan strategi bisnis dari business-to-business-to-customer (B2B2C) menjadi customer-to-customer (C2C).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih