Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gegara Covid-19, Korut Perintahkan Tembak Mati Orang dari...

Gegara Covid-19, Korut Perintahkan Tembak Mati Orang dari... Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, menghadiri pertemuan besar Politbiro Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara, Selasa, 25 Agustus 2020. Jurnalis independen tidak diberi akses untuk meliput peristiwa yang digambarkan dalam gambar ini didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara. Konten gambar ini disediakan dan tidak dapat diverifikasi secara independen. Watermark bahasa Korea pada gambar yang diberikan oleh sumber berbunyi: "KCNA" yang merupakan singkatan dari Korean Central News Agency. | Kredit Foto: Associated Press/KCNA
Warta Ekonomi, Seoul -

Otoritas Korea Utara (Korut) telah mengeluarkan perintah shoot-to-kill (tembak-untuk-membunuh) terhadap orang-orang yang memasuki negara itu dari China. Perintah ini untuk mencegah virus corona baru (Covid-19) memasuki Korut.

Komandan Pasukan Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan yang mendapat informasi tersebut mengungkapkannya dalam sebuah forum virtual hari Kamis.

Baca Juga: Ketika Pembelot Beberkan Bisa Lihat Mayat di Jalan-jalan Korut

Korut, negara miskin—dengan sistem kesehatan rawan kolaps ketika mengatasi wabah virus besar—belum mengonfirmasi satu kasus pun dari penyakit yang telah melanda dunia sejak pertama kali muncul di China, sekutu utamanya.

Pyongyang menutup perbatasannya dengan China pada Januari untuk mencoba mencegah kontaminasi, dan pada Juli, media pemerintah mengatakan telah menaikkan keadaan daruratnya ke tingkat maksimum.

Komandan Pasukan AS-Korea (USFK), Robert Abrams, mengatakan bahwa penutupan perbatasan telah meningkatkan permintaan barang selundupan, yang mendorong pihak berwenang untuk campur tangan.

"Korea Utara memperkenalkan zona penyangga baru, satu atau dua kilometer di perbatasan China," kata Abrams pada konferensi online yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, Kamis, yang dilansir AFP, Jumat (11/9/2020).

"Mereka punya SOF (Pasukan Operasi Khusus) Korea Utara di luar sana ... Pasukan serang, mereka punya perintah tembak-untuk-bunuh," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa penutupan perbatasan secara efektif "mempercepat efek" sanksi ekonomi yang dijatuhkan Dewan Keamanan PBB pada Korea Utara atas program nuklirnya. Penutupan itu telah menurunkan impor dari China hingga 85 persen.

Negara yang terisolasi itu juga bergulat dengan dampak Topan Maysak, di mana media pemerintah melaporkan lebih dari 2.000 rumah hancur atau pun terendam banjir. 

Abrams tidak berharap melihat adanya provokasi besar dari Pyongyang dalam waktu dekat, meskipun dia mengatakan Korut mungkin akan memamerkan sistem persenjataan baru pada perayaan ulang tahun ke-75 berdirinya Partai Buruh yang dipimpin Kim Jong-un bulan depan.

"Rezim militer saat ini pada prinsipnya berfokus untuk memulihkan negara mereka dan membantu mengurangi risiko Covid-19," katanya.

"Kami tidak melihat indikasi apa pun saat ini tentang kecaman apa pun," ujarnya.

Kendati demikian, CSIS menerbitkan di situs webnya gambar satelit dari galangan kapal Angkatan Laut Sinpo Selatan Korea Utara, yang menurut para ahli menunjukkan aktivitas yang dapat menunjukkan persiapan untuk uji coba rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam. 

Uji coba rudal Korea Utara yang baru akan menjadi tanda lain dari kurangnya kemajuan dalam pembicaraan denuklirisasi antara AS dan Korut, yang terhenti meskipun ada banyak pertemuan antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.

Trump, yang berupaya terpilih kembali sebagai presiden AS dalam pemilihan presiden November nanti, adalah pemimpin pertama Amerika yang bertemu dengan seorang anggota dinasti Kim, yang telah memerintah Korea Utara sejak didirikan.

Pada hari Kamis, Trump menuliskan tweet tentang pemimpin muda Korut tersebut. "Kim Jong-un dalam keadaan sehat. Jangan pernah meremehkan dia!," bunyi tweet Trump.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: