Kisah Perusahaan Raksasa: Bisnis Keluarga Pfizer Sukses Kembangkan Kerajaan Farmasi Kelas Dunia
Pfizer Inc adalah perusahan asal Amerika Serikat (AS) yang bergerak dalam bidang kefarmasian dan bioteknologi papan atas dunia. Perusahaan yang mengembangkan dan memproduksi obat-obatan, vaksin hingga obat lainnya adalah salah satu perusahaan raksasa dunia berdasar pada pendapatannya.
Menurut catatan Fortune Global 500 tahun 2020, Pfizer berada di peringkat ke-215 dunia dengan total pendapatan 51,75 miliar dolar AS. Perusahaan tergelincir 17 poin tahun itu sebagian besar karena berakhirnya salah satu paten miliknya yang paling menguntungkan, yaitu obat untuk fibromyalgia, Lyrica. Itu mengikis pendapatannya sebesar 4 persen secara keseluruhan.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Bayer, Konglomerat Industri Kimia dan Farmasi Dunia tapi Penuh Kontroversi
Namun demikian, perusahaan yang telah mengembangkan vaksin untuk Covid-19 mengambil langkah signifikan. Raksasa farmasi dunia menggandeng perusahaan obat Jerman, BioNTech. Sejak Juli 2020, perusahaan mengumumkan bahwa pemerintah AS telah memesan sejumlah dosis vaksin padanya senilai 1,95 miliar dolar AS.
Hasilnya, kekuatan finansial Pfizer membaik. Keuntungannya meroket 45,9 persen dari tahun sebelumnya, sehingga perushaan sukses mengantongi 16,27 miliar dolar AS. Nilai Pfizer (market value) juga naik menjadi 202,09 miliar dolar AS tahun itu. Total ekuitasnya (stockholder equitiy) di angka 63,14 miliar dolar AS.
Untuk mengukur seberapa baik kekuatan finansial perushaaan, kiranya bisa dilihat pada rasio keuntungan sebagai berikut. Laba yang diraih Pfizer jika dihadapkan pada pendapatannya sebesar 31,4 persen. Sementara itu, keuntungan terhadap aset dan ekuitas sahamnya masing-masing 9,7 persen dan 25,8 persen di tahun itu.
Di masa sekarang, nama Pfizer sangat familiar di telinga banyak orang. Namun jika melihat ke belakang, pasti raksasa ini memiliki kisah yang cukup panjang.
Warta Ekonomi pada Selasa (6/7/2021) akan mengulasnya secara ringkas dengan mengutip sejumlah sumber. Lebih lanjut, baca kisah selengkapnya pada artikel di bawah ini.
Wilhelmine Klotz Erhart, putranya Charles Erhart, dan keponakannya Charles Pfizer berdiri. Foto diambil pada tahun 1855, atas izin buku The Legend of Pfizer
Pfizer didirikan tahun 1849 oleh dua orang imigran asal Jerman yang menetap di AS, yakni Charles Pfizer dan Charles Erhart. Keduanya yang masih berusia pertengahan 20 tahun menyusun sebuah bisnis dalam industri kimiawi pada sebuah pabrik di Brooklyn. Mereka memulainya dengan meminjam uang modal pada ayah Pfizer.
Produk pertama perusahaan adalah obat anti-parasit yang punya rasa enak, dibuat dengan rasa seperti permen. Produk itu dihasilkan dari menyatukan keterampilan Pfizer sebagai ahli kimia dengan pelatihan Erhart sebagai pembuat manisan. Itu sukses, dan mengatur pola untuk pengembangan masa depan perusahaan.
Namun demikian, gejolak Perang Saudara Amerika (Civil War), yang pecah setelah 1862 memiliki banyak dampak pada industri farmasi yang baru lahir itu. Perang ternyata melibatkan produsen obat-obatan dan juga tentu produsen senjata.
Kebutuhan mendesak akan obat penghilang rasa sakit dan antiseptik dalam jumlah besar untuk tentara Persatuan (Union) memberikan ruang lingkup yang besar untuk memperluas produksi. Lantas tahun 1868, pendapatan Pfizer meningkat dua kali lipat sejak dimulainya perang, dan lini produk mereka telah berkembang pesat.
Pabrik pertama milik Pfizer
Setelah perang, Pfizer terus berfokus pada industri bahan kimia seperti halnya obat-obatan, memproduksi asam sitrat yang dibutuhkan untuk industri minuman ringan yang sedang berkembang. Langkahnya mendorong merek-merek seperti Coca Cola dan ekspansi Dr Pepper pada tahun 1880-an.
Ini menjadi andalan mereka selama bertahun-tahun, meletakkan dasar bagi pertumbuhan mereka yang berkelanjutan. Juga, ketika pasokan asam tartarat terganggu karena perang saudara dan kenaikan tarif, Pfizer mengembangkan produksinya untuk menjadi pemasok bahan kimia terkemuka di AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: