Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Cuma Cari Untung, Dama Kara Beri Royalti Karya Penyandang Autis

Bukan Cuma Cari Untung, Dama Kara Beri Royalti Karya Penyandang Autis Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Berawal dari keyakinan bahwa setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing, Dama Kara terlahir. 

Adalah dua pengusaha muda Nurdini Priastiti dan Sanaya Ratu Saphira, yang keduanya merupakan Founder Dama Kara berkomitmen untuk mengangkat karya yang dihasilkan para penyandang autis secara tradisional pada volume ganjil dan mendukung terapi menggambar bagi mereka. 

Baca Juga: Dokter Spesialis Anak: Tidak Ada Hubungan Autisme dengan Air Galon Polikarbonat

Nurdini mengatakan karya Dama Kara terbagi menjadi koleksi kolom ganjil dan genap. Kolom ganjil antara lain beragam kain tradisional, salah satunya batik. Selanjutnya, hasil penjualan kain tersebut digunakan untuk mendukung terapi penyandang autis lainnya.

"Jadi teman-teman penyandang autis ini bisa terapi secara gratis," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis sore (13/1/2022).

Dukungan terapi tersebut berupa tenaga pengajar, alat-alat yang digunakan untuk menggambar dan sebagainya. Selanjutnya, hasil karya gambar penyandang autis akan dikurasi untuk dimasukan  ke dalam volume genap.

"Koleksi 1,3,5 (ganjil) merupakan kain tradisional. Sedangkan 2,4,6 (genap) merupakan hasil karya teman-teman penderita autis.Nah, di kategori ini, penderita autis akan mendapatkan royalti dari hasil karnyanya tersebut sehingga mereka memiliki penghasilan setiap bulan," jelasnya.

Sejauh ini, kata Nurdini, sudah sekitar 50 penyandang autis sedang mengikuti pelatihan mendesain kain batik. Sedangkan untuk karya-karya yang sudah diangkat menjadi motif baju, baru 4 orang. 

"Program ini digulirkan sejak awal berdiri Dama Kara yakni dua tahun yang lalu," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: