Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisruh Kenaikan Harga Kedelai, Ini Komentar Pakar Agribisnis IPB University

Kisruh Kenaikan Harga Kedelai, Ini Komentar Pakar Agribisnis IPB University Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto

Menurutnya, ini sebenarnya tergantung kebiasaan. Masyarakat harus di-edukasi bahwa tempe dan tahu  dari non kedelai itu juga memiliki rasa dan kandungan gizi/protein yang lebih bagus. Perlu juga memberikan insentif kepada pengrajin tahu tempe yang memanfaatkan biji non kedelai. Misalnya, bantuan modal untuk pengembangan usaha, bantuan mekanisasi/mesin untuk pengolahan agar lebih higenis dan disenangi konsumen.

Sementara ini, sebagai solusi jangka pendeknya, Dr Feryanto menyarankan pemerintah harus mampu mengeluarkan cadangan yang dimiliki dan melakukan operasi pasar.

“Permasalahannya bukan tidak ada pasokan tetapi kenaikan harga. Operasi pasar sebagai intervensi pemerintah untuk “menegur” importir agar bisa bekerja sama menyediakan kedelai dengan harga yang terjangkau. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif atau subsidi harga impor kedelai untuk sementara waktu sampai harga kembali normal. Namun solusi ini perlu mempertimbangkan dengan kondisi fiskal pemerintah,” ujarnya.

Untuk solusi jangka panjangnya, lanjutnya, konsistensi pemerintah dalam memuwujudkan swasembada harus ada, tidak setengah-setengah. Roadmap swasembada pangan Indonesia, termasuk kedelai, sudah ada tinggal dievaluasi dan diperbaiki.

“Selama ini kita fokus dan melihat roadmap tersebut jika ada masalah. Ketika masalah selesai dengan sendirinya (anti klimaks) maka pemerintah seolah lupa. Jika kedelai dibiarkan mengikuti mekanisme pasar, itu bisa terjadi. Namun untuk kedelai kan tidak demikian, masih diatur pemerintah karena bagian dari bahan pangan pokok yang harus diawasi,” imbuhnya.

Terkait peningkatan produksi kedelai, Dr Fery menyampaikan bahwa produksi kedelai lokal harus didorong dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang tidak digunakan/lahan marjinal yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini juga perlu didukung dengan penggunaan bibit unggul dan mekanisasi pertanian agar produktivitas dapat ditingkatkan. Jaminan ketersediaan pupuk dan obat-obatan juga menjadi faktor penting agar target produktivitas bisa dicapai.

“Penggunaan lahan perlu dipetakan. Hal ini sangat bisa dilakukan dengan teknologi pencitraan (satelit) sehingga terpetakan daerah-daerah yang dapat ditanami kedelai,” jelasnya.

Selain itu, menurutnya, harus ada penguatan ke pasar dan rantai distribusi agar kedelai bisa langsung dimanfaatkan oleh pengrajin tahu tempe dan tidak melewati jalur distribusi yang panjang.

“Ini menjadi bentuk insentif harga yang diperoleh petani. Saat ini ketika kedelai impor harganya tinggi, lebih tinggi dari kedelai lokal, tentu jadi momentum untuk memperbaiki manajemen pangan nasional,” tandasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: