Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miliarder: Inflasi Adalah Masalah Ekonomi Terbesar di Tengah Kerusuhan Geopolitik

Miliarder: Inflasi Adalah Masalah Ekonomi Terbesar di Tengah Kerusuhan Geopolitik Kredit Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investor miliarder dan pendiri Icahn Enterprises, Carl Icahn baru-baru ini mengatakan bahwa inflasi adalah masalah ekonomi terbesar di tengah kerusuhan geopolitik.

Icahn, yang memiliki pengalaman puluhan tahun dalam bisnis investasi, mengatakan di "Varney & Co." pada hari Senin bahwa ia telah hidup melalui akhir 1970-an ketika AS mengalami inflasi dua digit hingga mendorong tindakan drastis dari Federal Reserve.

"Saya pikir inflasi adalah masalah besar bagi kami dan saya pikir itulah yang harus kami atasi," kata Icahn kepada Stuart Varney, mengutip Fox Business di Jakarta, Selasa (1/3/22). "Saya menjalaninya di tahun 70-an, dan tidak mudah mengembalikan jin itu ke dalam botol."

Baca Juga: Terdepak dari 10 Besar Miliarder Dunia, Mark Zuckerberg Kehilangan Rp427 T Sejak Ganti Nama Meta

Icahn membuat komentar tersebut saat saham AS menelan beberapa kerugian tengah hari karena investor menimbang invasi Rusia ke Ukraina terhadap AS daoat memperluas sanksi terhadap bank sentral Rusia dengan membekukan semua aset yang dimiliki oleh Amerika.

S&P 500 turun 0,3% pada hari Senin dan Dow Jones Industrial Average turun hampir 200 poin, menghapus penurunan 400+ poin dari sebelumnya.

Harga minyak juga melonjak pada Senin, patokan minyak mentah AS mendekati USD96 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent melayang di USD98 per barel.

Inflasi melonjak lebih dari yang diharapkan pada bulan Januari, mencapai level tertinggi empat dekade lainnya.

Menurut laporan Departemen Tenaga Kerja yang dirilis awal bulan ini, indeks harga konsumen naik 7,5% pada Januari dari tahun lalu menandai kenaikan tercepat sejak Februari 1982 ketika inflasi mencapai 7,6%. CPI yang mengukur sekumpulan barang mulai dari bensin dan perawatan kesehatan hingga bahan makanan dan sewa melonjak 0,6% dalam periode satu bulan dari Desember.

Meski harga energi naik hanya 0,9% di bulan Januari dari bulan sebelumnya, mereka masih naik 27% dari tahun lalu. Bensin juga naik 40% daripada tahun lalu. Harga makanan juga naik 7% lebih tinggi sepanjang tahun.

Icahn menunjuk harga minyak yang lebih tinggi pada hari Senin ketika membahas inflasi. Pekan lalu, harga minyak mencapai level tertinggi delapan tahun, sempat mencapai USD105 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 dan serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina pada hari Kamis dapat mendorong harga lebih tinggi lagi.

"Saya pikir pasar ini mungkin bereaksi berlebihan terhadap apa yang terjadi di Ukraina, tetapi saya tidak berpikir itu masalah yang kita miliki. Saya pikir masalah yang sebenarnya kita miliki adalah ada yang jauh lebih dalam, yaitu inflasi," tegas Icahn.

Federal Reserve akhir bulan lalu mengisyaratkan akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.

"Saya tidak berpikir siapa pun dapat memprediksi waktu yang tepat dari pasar, dan siapa pun yang mencoba melakukannya hanya, saya pikir, membuang-buang waktu," kata Icahn kepada Varney.

"Tapi saya pikir, lihat gambaran makro dan jika Anda pernah menjalani ini sebelumnya, Anda harus menyadari bahwa pada titik ini, kita berada di jurang."

Namun, sulit untuk mengatakan dan memprediksikan kapan itu akan terjadi.

"Kapan itu akan terjadi, bisa tiga tahun, lima tahun, Anda tidak tahu, atau tiga hari," kata Icahn. "Saya pikir katalis adalah hal Ukraina Rusia ini, tapi saya pikir kita harus bisa melewatinya."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: