Memaknai Pendidikan dari Kisah Perempuan Tangguh Hutan Gunung Leuser
Nayla mengatakan peran perempuan menjadi peranan penting karena dapat menjadi “agent of change” dan penentu kebijakan di dalam mengembangkan lingkungan yang responsif gender dan pendidikan.
Sebelum memutuskan aktif di bidang NGO, beliau pernah menjadi dosen di perguruan tinggi negeri di Medan, Sumatera Utara. Namun, dengan tekadnya demi lingkungan tempat tinggalnya yang besar di perkebunan kelapa sawit. Sejak saat itu meninggalkan karier sebelumnya sebagai dosen dan memenuhi panggilan untuk bekerja di lembaga pendidikan konservasi alam secara profesional.
Baca Juga: Singgung Islamofobia, Omongan Fadli Zon Gak Main-main Soal Cuitan Prof Budi Santosa, Simak!
“Aku meninggalkan profesiku dulu dosen demi terciptanya bekerja secara profesional,” jelas Nayla.
Saat ini Nayla bekerja di dunia konservasi alam sebuah NGO orang utan yang berbeda dan tetap melakukan kegiatan relawan pada saat yang bersamaan.
Inilah perjalanan awal Nayla, menjadi pengajar relawan untuk anak-anak di sebuah desa bernama Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, yang dekat dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara.
“Pada tahun 2020, aku menyadari bahwa saatnya mendalami ilmu pemberdayaan perempuan di dunia konservasi lingkungan hidup dan pendidikan, mulai saat itulah menjadi hal penting pula yang menjadi fokus,” kata dia.
Dengan kata lain, Nayla berfokus pada pendidikan anak dan pemberdayaan perempuan sebagai cara untuk melindungi keberlangsungan hutan. Dia mempercayai jika masyarakat setempat adalah orang yang paling tepat sebagai pelindung hutan.
Baca Juga: Kemendikbudristek dan LPDP Tingkatkan Peluang Masyarakat Melanjutkan Pendidikan Tinggi
“Buatku masyarakat orang yang paling tepat sebagai pelindung hutan karena itu adalah lingkungan mereka, ”pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Widihastuti Ayu
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: