Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taiwan Ungkap Ingin Kerja Sama dengan China, Beri Sinyal Damai?

Taiwan Ungkap Ingin Kerja Sama dengan China, Beri Sinyal Damai? Kredit Foto: Reuters/Ann Wang
Warta Ekonomi, Taipei -

Perdana Menteri Su Tseng-chang mengaku enggan menutup pintu Taiwan untuk China. Ia pun mengatakan bersedia terlibat dalam semangat niat yang baik, tetapi atas dasar kesetaraan dan tanpa prasyarat politik.

Dilansir dari Reuters, hubungan antara Taiwan dan China berada pada titik terendah dalam beberapa dekade terakhir. Mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, China meningkatkan tekanan politik dan militernya agar pulau yang memerintah secara demokratis ini menerima kedaulatannya.

Baca Juga: Provokasi Amerika Serikat Soal Taiwan Akankah Picu Perang Dunia ke-3?

Sebelumnya dalam KTT Dialog Keamanan pada Minggu (12/6) di Singapura, menteri pertahanan China mengungkapkan Beijing mengupayakan 'penyatuan kembali secara damai' dengan Taiwan, tetapi menyiapkan 'opsi lainnya'.

China sendiri telah melarang impor ikan kerapu dengan alasan keamanan, sebuah langkah yang dituduh oleh Taipei bermotivasi politik.

Di sisi lain, Su menegaskan Taiwan selalu berniat baik terhadap China.

"Selama ada kesetaraan, timbal balik, dan tak ada prasyarat politik, kami bersedia terlibat dalam niat baik dengan China. Namun, China telah melecehkan Taiwan dengan pesawat militer, kapal perang, penindasan yang tak masuk akal, dan tindakan politis. Jadi, yang tak logis adalah China. Taiwan enggan menutup pintu bagi China. Namun, China telah memanfaatkan segala cara untuk menindas dan memperlakukan Taiwan secara tak wajar," tandasnya.

Pernyataan Su menggaungkan kembali posisi yang telah berulang kali disampaikan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di depan umum.

China sendiri tak pernah mau berbicara dengan Tsai sejak ia pertama kali terpilih pada 2016. Negeri Tirai Bambu menganggapnya sebagai separatis yang menolak untuk menerima bahwa China dan Taiwan adalah bagian dari 'satu China'.

Sebaliknya, bagi Tsai, hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka. Meski menginginkan perdamaian dengan China, mereka akan membela diri jika diserang.

Tinggal di salah satu negara demokrasi liberal dan paling bebas di Asia, rakyat Taiwan tak menunjukkan minat untuk diperintah oleh China yang autokrasi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: