Sejalan dengan itu, Sri Mulyani mengungkapkan, kebetulan Indonesia mendapatkan windfall dari kenaikan harga-harga komoditas sekitar Rp420 triliun, sehingga dapat membantu dalam menahan dari kenaikan harga BBM dunia.
"Kebetulan kita juga memang mendapatkan windfall dari kenaikan harga-harga komoditas, sekitar Rp420 triliun. Jadi semua kenaikan ini, pendapatan yang naik ini kita alokasikan untuk menahan kenaikan harga BBM dunia," ujarnya.
Baca Juga: RUU P2APBN Telah Disahkan DPR, Sri Mulyani Beri Apresiasi
Sementara itu, sebelumnya Pemerintah telah meminta kepada DPR untuk memberikan subsidi Pertalite sebanyak 23 juta kiloliter, dan Solar 15 juta kiloliter, dengan asumsi harga pada waktu itu ialah US$ 100 dolar per barel, dan dengan kurs Rp14.450.
"Gejolak yang terjadi di dunia ini terus-menerus dengan harga yang sangat tinggi, inflasi melonjak, negara-negara maju menaikkan suku bunga secara ekstrim. Sehingga ini kemudian juga meningkatkan kurs kita yang tadinya Rp14.450 menjadi Rp14.800," jelas Sri Mulyani.
Akan tetapi, masyarakat yang sedang aktif pulih dari covid, ekonomi yang mulai pulih menyebabkan volume dari Pertalite diperkirakan akan melonjak mencapai 29 juta kiloliter dari 23 juta kiloliter. Dan solar dari 15 juta kiloliter diperkirakan akan naik menjadi 17 juta kiloliter.
"Nah ini menimbulkan dilema, sesudah kita naikkan 3,5 kali lipat kenaikannya, ini akan jauh lebih tinggi lagi menjadi Rp698 triliun. Jadi seluruh surplus atau tambahan windfall profit yang tadi Rp420 triliun menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan kenaikan yang akan mencapai Rp700 triliun," lanjut bendahara negara.
Sri Mulyani mengklaim bahwa pihaknya, dalam hal ini Pemerintah telah mencari berbagai cara untuk melindungi rakyat. Oleh karena itu, ia melihat, jika seandainya subsidi melonjak menjadi Rp700 triliun atau Rp698 triliun dengan ICP berada di US$105 per barel, dan kurs berada di Rp14.750, dengan volume mencapai 29 juta kiloliter untuk Pertalite dan 17 juta kiloliter untuk Solar. Namun, angka Rp700 triliun itu dinikmati lebih kepada masyarakat yang memiliki ekonomi jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Bukan Omong Kosong! Harga BBM Tetap Naik meski Harga Minyak Turun, Sri Mulyani: Kami Terus....
"Sehingga ini menimbulkan suatu pertanyaan bagaimana kita bisa memperbaiki kebijakan di mana masyarakat yang miskin mendapatkan alokasi tapi tentu kelompok menengah atas juga ikut bergotong royong. Ini lah yang kemudian menuju kepada pilihan untuk menyesuaikan harga BBM," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar