Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala BKKBN Dorong Pencegahan Stunting Lewat ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Kepala BKKBN Dorong Pencegahan Stunting Lewat ASI Eksklusif Selama 6 Bulan Kredit Foto: BKKBN

"Karena itu, semoga dari acara ini kita bisa menjangkau lebih banyak, bisa membantu lebih banyak, dan semoga bola salju yang kita lakukan bisa di bantu oleh kalian sehingga bisa menggelinding ke bawah semakin besar dan semakin menjangkau angka kelahiran di Indonesia," ucap Jonathan.

Sementara itu, Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PPIBI), dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, menambahkan pemberian ASI eksklusif merupakan bagian stimulasi utama antara ibu dan bayi serta meningkatkan data tahan tubuh.

Baca Juga: Menkes Ingin Penanganan Stunting Harus dengan Intervensi Tepat

"Kemudian mengajak bicara, inilah stimulasi untuk meningkatkan kecerdasan perkembangan motoriknya dan sensoriknya. Menyusui dini adalah langkah awal keberhasilan ASI eksklusif," ujarnya.

Emi merinci, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, jumlah kematian bayi di Indonesia sebanyak 72 ribu atau 15% terjadi pada neonatal. Lalu bayi 24% ada 151.200 kematian.

"Lalu target saat ini menjadi 10 persen untuk neonatal dan untuk bayi menjadi 12 persen. Kematian bayi itu terjadi pada usia satu bulan, ini yang paling tinggi," tuturnya.

"Jadi pada periode kelahiran atau mulai dari hamilnya, persalinannya, sampai kepada masa nifas atau masa 42 hari. Ini ada hubungannya dengan periode pertolongan persalinan, tentu saja ada hubungan dengan persiapan persalinan dan pada masa kehamilan," sambungnya.

Baca Juga: Sejalan Dengan Tujuan Syariat Islam, Dai Diminta Ikut Atasi Stunting

Oleh karena itu, Emi menaruh perhatian penuh kepada seluruh bidan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar agar memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penurunan angka kematian pada bayi-balita termasuk penurunan angka stunting.

Adapun, tingginya angka kematian bayi terjadi paling tinggi di rumah sakit yakni 67%. Sisanya di rumah atau fasyankes seperti Puskesmas dan klinik.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: