Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Literasi dan Kolaborasi Sukseskan Program TPBIS

Literasi dan Kolaborasi Sukseskan Program TPBIS Kredit Foto: Perpustakaan Nasional

Hal ini menjadikan kegemaran membaca dan literasi menjadi satu gerakan nasional sekaligus gerakan sosial yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah, provinsi, kabupaten/kota, dan juga masyarakat. Dengan begitu, kegemaran membaca dan literasi adalah tanggung jawab bersama.

Sementara itu, Kasubdit Agama dan Kebudayaan, Direktorat Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, Bappenas, Didik Darmanto, menyampaikan ada tiga hal yang harus dilakukan perpustakaan untuk menguatkan literasi. 

Baca Juga: Kepala Perpusnas: Kehadiran Duta Baca Indonesia Berdampak Bagi Masyarakat

"Di antaranya melakukan perubahan paradigma, tidak hanya paradigma sebagai pihak yang bekerja di bidang kepustakaan, tapi juga mengubah paradigma masyarakat tentang literasi. Kedua, penguatan tata kelola di perpustakaan itu sendiri dengan cara memperkuat kolaborasi dengan stakeholders lainnya dalam rangka pelaksanaan program-program terkait dengan peningkatan literasi. Ketiga, memperluas ruang lingkup literasi agar bisa lebih berdampak kepada masyarakat," urainya.

Dukungan untuk program TPBIS diberikan Kementerian Desa PDTT. Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendes PDTT, Sri Wahyuni mengatakan saat ini, salah satu prioritas penggunaan Dana Desa adalah pembangunan perpustakaan. Harapannya, kelak dari 75 ribu lebih desa yang ada di Indonesia, akan makin banyak desa yang memiliki perpustakaan karena pada saat ini jumlahnya masih sedikit.

"Sebenarnya ada banyak desa yang mendahulukan pemberdayaan masyarakatnya, tetapi mereka belum melaksanakan program literasi desa karena kurang informasi terkait penggunaan Dana Desa untuk perpustakaan. Dana desa ini bisa dioptimalkan untuk perpustakaan desa seperti sarana prasarana, pemeliharaan, dan sebagainya," terangnya.

Lektor Kepala Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, Augustinus Setyo Wibowo, mengungkapkan, berdasarkan pengalaman, sulit untuk memerintahkan orang lain agar membaca. Namun, apabila hal itu dimulai dari diri sendiri, orang lain akan tertarik dan berminat.

Dia mengisahkan sebuah toko buku di Inggris bernama Barnes & Noble (B&N) yang nyaris tutup karena gagap dalam menghadapi era digital pada 2010. Kondisi seperti ini juga terjadi pada industri media cetak di Indonesia. Namun, setelah B&N berpindah kepemilikan kepada James Daunt, toko buku yang nyaris tutup itu kembali berjaya hingga kini.

"Dia punya konsep bahwa toko buku mesti menjadi 'tempat pameran' bagi buku-buku yang dia sortir seturut kriterianya pribadi. Dia juga tak pernah mendiskon harga buku di tokonya karena di matanya, harga sebuah buku tak pernah terlalu mahal. Dia juga tak mau berpromosi buy two, get one karena baginya kalau kita mulai memberi buku gratisan, kita mendevaluasi nilai buku," kisah pria yang akrab disapa Romo Setyo ini.

Team Leader konsultan pendamping program dari PT. Markplus Inc., Erlyn Sulistyaningsih, mengutarakan pada 2023 sebanyak 450 desa/kelurahan yang terpilih untuk menjalankan program TPBIS. Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama tiga tahun tidak membuat perpustakaan berhenti untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat.

Adapun perpustakaan yang menjadi mitra program TPBIS pada tahun ini, antara lain Perpustakaan Desa Kalangkangan Toli-Toli, Sulawesi Tengah; Perpustakaan Desa Kotabaru Lebong, Bengkulu; Perpustakaan Kampung Insumberi Supiori, Papua; Perpustakaan Kelurahan Watumelo Kota Gorontalo, Gorontalo; dan Perpustakaan Kelurahan Kemirirejo Kota Magelang, Jawa Tengah.

"Perpustakaan terus bergerak membantu masyarakat untuk bangkit dari pandemi dan dari persoalan hidup mereka," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: