Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jepang Sebabkan Kerugian Dunia Akibat Peretasan Kripto Korea Utara dengan 30% dari Total Rp340 T

Jepang Sebabkan Kerugian Dunia Akibat Peretasan Kripto Korea Utara dengan 30% dari Total Rp340 T Kredit Foto: Unsplash/Executium
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jepang termasuk salah satu negara yang kalah di bidang mata uang kripto, menurut sebuah studi oleh perusahaan analitik blockchain Elliptic. Negara-negara Asia merupakan tiga dari empat target teratas untuk peretas Kerajaan Hermit, menurut temuan Elliptic.

Dilansir dari laman Cointelegraph pada Selasa (16/5/2023), studi yang ditugaskan dan dilaporkan publikasi keuangan Jepang Nikkei, melihat kerugian mata uang kripto dari serangan siber dari Korea Utara dari tahun 2017 hingga 2022. Studi tersebut memperhitungkan serangan peretasan dan ransomware serta menggambarkan serangan tersebut sebagai “strategi nasional.”

Menurut temuan Elliptic, Jepang menderita kerugian US$721 juta atau Rp10 triliun dalam serangan tersebut, yang merupakan 30% dari total dunia lebih dari US$2,3 miliar atau Rp340 triliun.

Baca Juga: Perdagangan Bitcoin Naik 80% di Bank DBS Berkat Kripto Runtuh pada 2022

Dari temuan itu, berdasarkan perkiraan US$640 juta atau Rp9 miliar kripto hilang pada tahun 2022. Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pencurian kripto dari Korea Utara mencapai tertinggi baru di tahun 2022.

Nikkei mengatakan, “menurut Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang, US$721 juta (Rp10 triliun) yang dicuri dari Jepang 8,8 kali lebih besar dari nilai ekspor Korea Utara pada tahun 2021.”

Vietnam adalah negara kedua yang paling banyak diserang. Menurut laporan tersebut, kehilangan Vietnam sebesar US$540 juta atau Rp7 triliun dalam rentang waktu itu. Amerika Serikat berada di urutan ketiga dengan kerugian US$497 juta atau Rp7,3 triliun, dan Hong Kong berada di urutan keempat dengan kerugian US$281 juta atau Rp4 triliun.

Elliptic menunjuk lemahnya keamanan di pasar mata uang kripto Jepang dan Vietnam sebagai alasan penargetan peretas. Nikkei mengutip sumber tanpa nama yang mengatakan, setidaknya tiga pertukaran kripto di Jepang telah dibobol antara tahun 2018 dan 2021.

Grup peretas kripto asal Korea Utara, Lazarus telah berada di belakang beberapa perampokan terbesar dalam kripto, seperti eksploitasi Ronin Bridge dan peretasan Harmony Bridge. Warga Korea Utara juga diduga mencuri token yang tidak dapat dipertukarkan dan mencuci dana curian mereka melalui layanan keuangan terdesentralisasi (De-Fi) dan pencampur koin kripto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: