Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emiten Wijaya Karya 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Emiten Wijaya Karya 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa waktu lalu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sempat dituduh melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan selama beberapa periode. Kabar itu pertama kali diembuskan oleh Wakil Menteri BUMN I, Kartika Wirjoatmodjo, dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI bersama Kementerian BUMN pada bulan Juni 2023 silam.

Oleh sebab itu, penyelidikan yang melibatkan tiga lembaga berbeda, termasuk BPKP dan pihak internasional, tengah dilakukan. Pihak perusahaan pun mengaku siap diperiksa dan dievaluasi supaya kinerja Wijaya Karya dapat lebih ditingkatkan lagi.

Terlepas dari kabar kurang mengenakkan itu, sebenarnya, bagaimana awal mula Wijaya Karya berdiri dan bagaimana performa keuangan perusahaan pelat merah tersebut? Simak informasi selengkapnya di artikel berikut ini.  

Baca Juga: Soal Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan Wijaya Karya: Bagaimana Faktanya?

Sepenggal Info tentang Wijaya Karya

Wijaya Karya merupakan perusahaan pelat merah yang berdiri pada tahun 1960. Melansir dari situs web resminya, diketahui bahwa awalnya perusahaan tersebut hanya bergerak di bidang instalasi listrik dan pipa air. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Wijaya Karya memutuskan untuk beralih menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan. 

Perusahaan yang resmi melantai di bursa per tanggal 27 Oktober 2007 itu berfokus pada lima lini usaha, yaitu investasi (energi, infrastruktur, dan prasarana air), realty dan properti (pengembangan real estat dan properti serta manajemen properti), prasarana dan bangunan (konstruksi sipil, konstruksi bangunan, dan konstruksi baja), proyek energi dan industri (EPCC, energi listrik, dan proyek energi terbarukan), serta industri (produksi beton pracetak, industri konstruksi, kendaraan bermotor listrik, dan produksi aspal).

Selama menjalankan bisnisnya, Wijaya Karya sudah sering dipercaya untuk menggarap beberapa proyek penting. Proyek tersebut di antaranya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Jakarta International Stadium (JIS), Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), dan masih banyak lagi. 

Baca Juga: Emiten GoTo 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Kinerja Keuangan Wijaya Karya per Juni 2023

Pada semester pertama tahun 2023, Wijaya Karya harus menelan pil pahit karena perusahaan tersebut terpaksa menanggung kerugian sebesar Rp1,88 triliun. Apabila dibandingkan dengan kerugian yang harus dipikul pada periode yang sama di tahun sebelumnya, terlihat ada pembengkakan sebesar 14.109%. 

Hal itu berbanding terbalik dengan besaran pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan. Pada paruh pertama 2023, Wijaya Karya dilaporkan menerima Rp9,25 triliun alias lebih tinggi 28,81% dari paruh pertama 2022. Kendati demikian, pendapatan lain-lain perusahaan terpantau mengalami pemangkasan sebesar 55,44% menjadi Rp296,76 miliar.

Sementara itu, beban usaha yang harus ditanggung Wijaya Karya juga naik 29,14% menjadi Rp452,54 miliar per Juni 2023 lalu. Tak hanya beban usaha, beban lain-lain rupanya turut membengkak 211,76% menjadi Rp1,21 triliun. Tampaknya, pengeluaran Wijaya Karya yang terlampau banyak membuat perusahaan itu mau tidak mau harus memanggul besarnya angka kerugian.

Sebagai informasi tambahan, aset yang dimiliki Wijaya Karya sekarang ini berjumlah Rp72,14 triliun yang terdiri atas aset lancar senilai Rp35,99 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp36,18 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka Rp56,70 triliun dan Rp15,47 triliun. 

Baca Juga: Emiten Vale Indonesia 101: Performa Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Rasio Keuangan Wijaya Karya

Berpatokan pada laporan keuangan pada semester pertama tahun 2023, diketahui bahwa Gross Profit Margin (GPM) Wijaya Karya berada di level 9,19%. Mengingat GPM rata-rata industri berada di angka 30%, dapat disimpulkan bahwa rasio margin kotor perusahaan satu ini tergolong tidak begitu baik.

Rasio keuangan lain yang akan dipakai untuk melihat performa Wijaya Karya adalah Return on Asset (ROA). Jika dikalkulasikan, pada paruh pertama 2023, ROA perusahaan konstruksi itu berada di angka -2,60%. Dengan persentase tersebut, perusahaan milik negara itu belum mampu mengelola aset terhadap laba dengan baik.

Rasio keuangan terakhir yang akan dijadikan tolok ukur Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR). Setelah dihitung, diketahui bahwa DER perusahaan berada di level 366,45% yang termasuk kategori sangat tidak baik; sedangkan CR Wijaya Karya berada di posisi 102,78% yang termasuk kategori ideal.

Baca Juga: Emiten Elnusa 101: Mengupas Kinerja Keuangan Sampai Aksi Korporasi

Profil Manajemen Wijaya Karya

Untuk memastikan roda perusahaan bergerak dengan semestinya, Wijaya Karya memerlukan sosok pemimpin yang mampu mengemban tanggung jawab. Pada periode ini, kepercayaan tersebut diampu oleh Agung Budi Waskito selaku direktur utama. Laki-laki lulusan Universitas Gadjah Mada itu telah bergelut di bidang konstruksi selama lebih dari dua puluh tahun dan menjadi project manager beberapa proyek skala besar, seperti Jembatan Cipularang dan stasiun kereta di Dubai.

Dalam menjalankan tugasnya, Agung tentunya tidak sendiri. Ia didampingi oleh rekan kerja yang mempunyai keahlian di bidang masing-masing, seperti Adityo Kusumo (direktur keuangan dan manajemen risiko), Hadjar Seti Adji (direktur human capital manajemen), Ayu Widya Kiswari (direktur quality, health, safety and environment), Hananto Aji (direktur operasi I), Harum Akhmad Zuhdi (direktur operasi II), dan Rudy Hartono (direktur operasi III).

Selain jajaran direksi, Waskita Karya juga mempunyai dewan komisaris yang memangku fungsi pengawasan. Jabatan Komisaris Utama Waskita Karya diduduki Jarot Widyoko. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR serta Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR.

Perlu diketahui bahwa kedudukan Komisaris Independen Waskita Karya saat ini dipegang oleh Harris Arthur Hedar, Suryo Hapsoro Tri Utomo, Rusmanto dan Adityawarman. Sementara itu, sosok yang dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai komisaris perusahaan milik negara itu adalah Satya Bhakti Parikesit dan Firdaus Ali.  

Baca Juga: Laba Lima Emiten Kendaraan Listrik Ini Terpangkas pada Paruh Pertama 2023, Kok Bisa?

Aksi Korporasi Wijaya Karya

Dalam waktu dekat, tepatnya pada tanggal 30 Agustus 2023, Wijaya Karya akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Pertemuan tersebut boleh dihadiri oleh investor yang namanya tercantum dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) per tanggal 30 Agustus 2023 pukul 16.00 WIB.

Selain itu, baru-baru ini, Wijaya Karya juga mengumumkan pembentukan Special Purpose Vehicle (SPV) bernama PT Karya Logistik Nusantara yang melibatkan perusahaan milik negara lainnya, seperti PT Hutama Karya Tbk (PTHK), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Brantas Abipraya Tbk (PTBA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Nindya Karya (PTNK). Berdasarkan keterbukaan informasi, dikabarkan bahwa Wijaya Karya memberikan setoran awal senilai Rp15 miliar dan memperoleh porsi saham sebesar 17,65%.

Baca Juga: Begini Performa Emiten BUMN Karya pada Semester Pertama 2023

Kemudian, pada tahun 2021, Wijaya Karya dilaporkan telah mengambil alih saham PT Gesits Technologies Indo (GTI) dari tangan PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA) melalui salah satu anak perusahaannya, yaitu PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi. Merujuk pada keterbukaan informasi yang dipublikasikan pada saat itu, diketahui bahwa perusahaan tersebut memborong 6.800 lembar saham atau setara 10,66% dengan nilai transaksi mencapai Rp36,5 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: