Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laporan IMF: Subsidi BBM 'Picu Polusi Udara', Bagaimana dengan Indonesia?

Laporan IMF: Subsidi BBM 'Picu Polusi Udara', Bagaimana dengan Indonesia? Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K

Besar Subsidi Indonesia Peringkat Tiga Global

Berdasarkan data dari IMF, nilai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia pada tahun 2022 berada di peringkat ke-3 secara global, yakni setelah Arab Saudi dan Iran. Nilai subsidi Indonesia dikabarkan bernilai sebesar $25,74 miliar atau setara dengan Rp392,7 triliun.

Nilai ini meliputi subsidi bensin sebesar US$6,69 miliar (Rp102,08 triliun), subsidi diesel sebesar US$12,10 miliar (Rp184,6 triliun), subsidi minyak tanah sebesar US$3,09 miliar (Rp47,1 triliun), dan subsidi produk minyak bumi lainnya sebesar US$3,86 miliar (Rp51,5 triliun). 

Sebagaimana diketahui, pada tahun 2022, pemerintah Indonesia memang dikabarkan menanggung subsidi yang cukup besar dari dua jenis BBM, yakni Solar dan Pertalite. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa alokasi anggaran subsidi BBM tahun 2022 naik 3 kali lipat dari tahun 2021. 

Pada tahun 2021, diketahui bahwa anggaran pembayaran kompensasi dan subsidi energi sebesar Rp188,3 triliun, dengan Rp140,4 triliun untuk subsidi energi dan Rp47,9 triliun untuk kompensasi harga BBM. Sementara pada tahun 2022, anggaran melonjak menjadi Rp502 triliun. Nilai tersebut terdiri dari subsidi energi sebesar Rp208,9 triliun dan Rp293,5 triliun.

"Kita sampai harus menaikkan subsidi dan kompensasi tahun ini yang mencapai 3 kali lipat yaitu Rp502 triliun," ujarnya dalam Rapat bersama Badan Anggaran DPR-RI di Kompleks DPR-MPR, Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa naiknya anggaran subsidi BBM tersebut dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia yang saat itu bernilai $100 per barelnya. Tak hanya itu, pemerintah juga harus membayarkan sisa utang kompensasi tahun 2021 yang belum dibayarkan tahun lalu.

"Inilah yang terjadi di tahun ini di mana kita harus menanggung selisih subsidi kompensasi tahun lalu sebesar Rp104,8 triliun plus ternyata dengan kenaikan BBM yang makin melonjak," jelasnya. 

Besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah Indonesia terhadap BBM tersebut lalu berdampak pada kenaikan konsumsi BBM di Indonesia. Dilansir dari Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tampak bahwa tren konsumsi BBM mulai mengalami peningkatan sejak tahun 2021.

Pada tahun 2022, tepatnya hingga bulan Juli 2022, konsumsi Pertalite telah mencapai 16,8 juta kiloliter atau sekitar 105,67 juta barel, dan Solar sebanyak 9,9 juta kiloliter atau sekitar 62,27 juta barel.

Meningkatnya jumlah konsumsi BBM tersebut tentu saja berdampak pada peningkatan polusi udara di Indonesia. Mengingat, karena harga yang cenderung rendah, masyarakat akan menggunakan bahan bakar polusi secara terus-menerus. 

Kualitas Udara di Indonesia

Sementara itu, kualitas udara di Indonesia memang bisa dibilang sudah sangat memprihatinkan. Terlebih lagi, kualitas udara di wilayah-wilayah urban, seperti misalnya Jakarta. Warna biru di langit Jakarta pun sudah jarang sekali terlihat, dan digantikan dengan warna abu-abu. 

Bahkan, pada bulan Agustus 2023, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Dikutip dari laman IQAir.com pada Jumat (18/8/2023), indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 141 AQI US, yang artinya tingkat polusi udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif. 

Sementara itu,  konsentrasi polutan utama PM2,5 tercatat sebesar 52 mikrogram per m3. Angka tersebut besarnya 10,4 kali lipat dibandingkan dengan nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 10 mikrogram per m3.

Untuk diketahui, PM2,5 atau particulate matter 2,5 merupakan polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Polutan ini terbentuk dari pembuangan pembangkit listrik, industri, dan mobil.

Baca Juga: PLTU Sudah Dimatikan Tapi Kualitas Udara Jakarta Masih Saja Buruk

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: