Dia pun mengaku optimis bahwa dengan langkah-langkah tersebut, produktivitas perkebunan sawit rakyat bisa mencapai 30 – 40 ton TBS per hektare dengan rendemen 23 – 25%.
"Peningkatan ini diharapkan dapat mendukung program biodiesel berbahan baku minyak sawit serta meningkatkan kesejahteraan petani sawit di Indonesia," ujarnya.
Belum Berikan Dampak Positif Bagi Petani
Lebih lanjut, menurut Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Sabarudin, program biodiesel yang diluncurkan pada tahun 2015 masih belum sepenuhnya memberikan dampak positif bagi para petani kelapa sawit.
Kendati tujuan awal dari program tersebut yakni kesejahteraan petani melalui kemitraan dengan perusahaan pemilik biodiesel, namun menurutnya hingga saat ini kemitraan tersebut masih belum terealisasi secara merata.
"Program biodiesel ini sudah berjalan cukup lama sejak 2015, namun kemitraan antara petani dan perusahaan biodiesel masih jauh dari harapan," katanya.
Dirinya pun mencontohkan di Riau yang merupakan daerah dengan industri biodiesel di lima kabupaten. Menurutnya, petani di sana masih belum menikmati hasil dari kemitraan tersebut sehingga petani masih menjual sawit mereka melalui tengkulak dan bukan langsung ke perusahaan biodiesel.
Sebab itu, SPKS menekankan pentingnya adanya peraturan yang mewajibkan perusahaan biodiesel bermitra dengan petani, terutama di wilayah konsesi perusahaan.
Baca Juga: Ketua APKASINDO: Program Biodiesel Bukan Ancaman, Melainkan Peluang untuk Petani Sawit
"Ke depan, pengembangan biodiesel harus melibatkan petani secara lebih intensif agar dampaknya benar-benar dirasakan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement