- Home
- /
- Kabar Sawit
- /
- Agronomi
Pakar Khawatirkan Masa Depan Sawit, Nasibnya Bisa Seperti Karet dan Tebu
“Itu bahaya sekali terhadap lingkungan. Karena teh itu saja menjadi salah satu konservasi. Akarnya dalam. Kalau diubah dengan kentang, kentang begitu hujan itu terjadi erosi luar biasa,” kata dia.
Selain itu, sempat juga mencuat wacana kebun teh yang akan dijadikan tempat untuk memelihara sapi lantaran teh yang hidup berada di kawasan dingin.
Baca Juga: Makin Dekat, Petani Kelapa Sawit Diminta Bijak di Pilkada 2024
“Bisa kita pelihara sapi karena daerah dingin. Tapi kalau tehnya dicabut, maka saya gak bayangkan ada sumber air nanti di Indonesia. Jadi bahwa teh itu pun tinggal sejarah,” kata dia.
Tak hanya teh, Sofyan juga menyinggung perihal karet yang berada dalam pusaran sejarah kejayaan komoditas di Indonesia. pada masa Perang Korea, sebutnya, para petani karet Indonesia dianggap mengalami kemakmuran yang luar biasa.
Dirinya pun ingat perihal pengalamannya di Aceh ketika Sofyan bekerja di pabrik karet atau kran rubber di wilayah tersebut. Saat itu, harga karet menyentuh sekitar 2 dolar per kilogramnya. Mirisnya, harga hari ini pun tidak jauh berbeda dengan harga saat itu, bahkan bisa jauh lebih rendah.
Baca Juga: HW Superhouse Hadirkan PAUD Ramah Anak di Karet Kuningan
“Lalu saya itu berkesimpulan, the whole commodity itu tinggal sejarah. Satu-satunya commodity yang bisa memberikan kemakmurah rakyat, kemakmurah masyarakat, kemakmuran industri adalah sawit,” tutur Sofyan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement