Harga minyak dunia mencatat penurunan signifikan pada penutupan perdagangan di Jumat (6/12). Kekhawatiran terhadap potensi kelebihan pasokan terus membayangi pasar meski sudah ada keputusan pemangkasan produksi dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Dilansir Senin (9/12), West Texas Intermediate (WTI) turun 1,61% atau US$ 1,10 menjadi US$ 67,20 (Pengiriman Januari 2025). Sementara Brent turun 1,35% atau US$ 0,97 menjadi US$ 71,12 (Pengiriman Januari 2025).
Baca Juga: Mampu Tingkatkan Kualitas UMKM, Program Pembinaan Pertamina Raih Penghargaan dari Markplus
Pasar masih dilanda kekhawatiran terkait dengan meningkatkan pasokan minyak global seperti dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara penghasil minyak non-OPEC+. Hal ini akibat belum stabilnya permintaan global akan minyak, khususnya dari konsumen terbesar dari China.
Isu tersebut terus menjadi perhatian semua pihak termasuk OPEC+. Organisasi tersebut sebelumnya telah memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir 2026. Hal ini dipercaya dapat menstabilkan pasar.
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah yang kembali memanas juga diprediksi akan sedikit mendongkrak harga minyak.
Baca Juga: NESR Buktikan Dekarbonisasi Optimal pada Produksi Minyak Bumi di Jatibarang dan Sukowati
Secara keseluruhan, harga minyak terus menghadapi tekanan akibat kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan melemahnya permintaan global. Sentimen jangka pendek tetap negatif, sementara prospek jangka panjang bergantung pada bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran berkembang di 2025.