Bursa Saham Asia mencatat pergerakan yang bervariasi pada penutupan perdagangan Jumat (3/1/2025). Pasar tengah wasppada terhadap gejolak perekonomian global khususnya dari China dan Amerika Serikat (AS).
Dilansir Senin (6/1), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks yang tergolong masuk ke dalam Bursa Saham Asia. Beberapa pasar menunjukkan performa positif, sementara pasar lainnya mengalami pelemahan tajam:
- CSI 300 (China): Turun 1,18% ke 3.775,16.
- Shanghai Composite Index (China): Melemah 1,57% ke 3.211,43.
- Hang Seng (Hong Kong): Menguat 0,7% ke 19.760,27.
- Nikkei 225 (Jepang): Turun 0,96% ke 39.894,54.
- Nifty 50 (India): Melemah 0,76% ke 24.004,75.
- STI (Singapura): Naik tipis 0,03% ke 3.801,83.
- ASX 200 (Australia): Naik 0,6% ke 8.250,5.
- Kospi (Korea Selatan): Melonjak 1,79% ke 2.441,92.
- Kosdaq (Korea Selatan): Naik lebih signifikan, 2,79%.
China menjadi sorotan setelah mencatatkan sejumlah pergerakan hingga kebijakan ekonomi mengejutkan. Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi negara tersebut menyentuh rekor terendah di 1,598%. Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah China mengambil langkah-langkah seperti:
- Penerbitan obligasi ultra-panjang untuk mendukung ekonomi.
- Subsidi pembelian barang elektronik, termasuk smartphone dan tablet.
- Dukungan untuk pekerja ekonomi gig dan penguatan pelatihan vokasi.
- Usulan pembatasan ekspor teknologi yang berkaitan dengan baterai dan mineral kritis seperti lithium dan gallium.
China juga baru-baru ini menerapkan pengawasan ekspor terhadap sejumlah perusahaan dari AS. Hal ini diklaim sebagai langkah untuk melindungi kepentingan nasional serta perekonomian domestik. Investor khawatir hal ini akan mematik perang dagang antara kedua negara besar ini.
AS juga tengah menjadi sorotan jelang pelantikan dari Donald Trump. Arah kebijakan sosok tersebut yang diprediksi akan proteksionis memicu spekulasi bahwa akan terjadi perang dagang. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah wacana seperti kebijakan tarif impor baru hingga penguatan ekonomi domestik dari AS.
Baca Juga: Bukit Uluwatu Villa Ubah Utang Anak Usaha Jadi Saham, Ini Detailnya
Adapun Korea Selatan juga turut memicu gelombang ketidakpastian akibat masih berlanjutnya ketegangan politik terkait dengan Yoon Suk Yeol. Negara tersebut baru-baru ini gagal menahan presiden yang telah dimakzulkan tersebut karenadihalangi oleh Pasukan Pengawal Presiden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement