Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Emas Masih Tren Bullish, Pasar Tunggu Data Ekonomi Terbaru Amerika Serikat

Harga Emas Masih Tren Bullish, Pasar Tunggu Data Ekonomi Terbaru Amerika Serikat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Logam mulia cenderung stabil dengan harga emas yang cenderung bergerak stagnan dalam perdagangan di Kamis (6/3). Pasar tengah waspada menjelang rilis data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Jumat (7/3), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah logam mulia utama global. Tercatat, hampir semua komoditas terkait bergerak stagnan:

  • Emas spot: Turun 0,1% menjadi US$2.915,83 per ounce.
  • Emas berjangka AS: Cenderung bergerak stabil dalam kisaran US$2.926,6 per ounce.
  • Perak spot: Naik 0,2% ke US$32,70 per ounce.
  • Palladium: Naik 0,4% ke US$946,58 per ounce.
  • Platinum: Cenderung bergerak stabil dalam kisaran US$965,76 per ounce.

Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff mengatakan pasar tengah wait and see menyusul semakin kuatnya ketidakpastian ekonomi akibat tarik-ulur kebijakan tarif dari Amerika Serikat.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump baru-baru ini mengecualikan beberapa sektor dari kebijakan tarifnya selama satu bulan untuk Meksiko dan Kanada. Alih-alih menjadi sebuah harapan, hal tersebut malah membuat pasar mempertanyakan keseriusan pemerintah soal tarif.

"Kami hanya melihat sedikit tekanan aksi ambil untung setelah kenaikan baru-baru ini, tetapi fundamental pasar emas masih bullish," ungkap Jim Wyckoff.

Adapun imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu minggu. Hal ini mengurangi daya tarik emas karena sifatnya sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.

"Faktor lain yang sedikit menekan harga emas adalah kenaikan imbal hasil obligasi," ujar Jim Wyckoff.

Kini, perhatian pasar tertuju pada laporan non-farm payrolls yang akan dirilis pada Jumat 2025. Pasar memperkirakan penambahan 160.000 pekerjaan di Februari 2025. Data ini diharapkan akan memberikan sinyal arah kebijakan moneter dari Amerika Serikat.

The Federal Reserve (The Fed) telah mempertahankan suku bunga tetap stabil sepanjang tahun ini, setelah menurunkannya tiga kali tahun lalu. Namun, pasar memperkirakan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga kembali pada Juni 2025.

Baca Juga: Raksasa Kemasan Malaysia Suntik Investasi US$7 Juta di KIT Batang

Hal tersebut menyusul rangkaian data yang telah menunjukkan penurunan seperti data belanja konsumen, penjualan ritel, aktivitas dalam sektor manufaktur, dan belanja konstruksi, hingga aktivitas dalam pasar perumahan. Semua data ini tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat di kuartal I-2025.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: