Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pernyataan The Fed Guncang Pasar, Bitcoin Jatuh ke US$108.200

Pernyataan The Fed Guncang Pasar, Bitcoin Jatuh ke US$108.200 Kredit Foto: Unsplash/Stanislaw Zarychta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bitcoin (BTC) anjlok lebih dari 1,7% dalam 24 jam terakhir ke posisi US$108.200 atau sekitar Rp1,79 miliar (kurs Rp16.610) pada Jumat (31/10). Koreksi ini terjadi di tengah pelemahan pasar kripto global yang merosot 2,21% akibat tekanan makroekonomi dan likuidasi besar-besaran di pasar derivatif.

Pemicu utama datang dari pernyataan Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember “bukan hal yang pasti.” Komentar tersebut memukul sentimen pasar keuangan global dan mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas dan dolar AS.

Pernyataan Powell disampaikan di tengah ketidakpastian politik Amerika Serikat yang masih dilanda government shutdown selama 30 hari. Situasi ini memperkuat keraguan investor terhadap arah kebijakan moneter, meski sebelumnya pasar memperkirakan peluang 70% penurunan suku bunga pada Desember.

Baca Juga: Meski Dihantui Risiko Koreksi, Harga Bitcoin Mulai Pulih ke US$110.000

“Ketidakpastian arah suku bunga dan tensi politik di AS menekan minat terhadap aset berisiko, termasuk kripto. Saat dolar menguat dan investor mencari perlindungan di aset tradisional, Bitcoin kehilangan daya tarik jangka pendeknya," ujar Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto dikutip dari keterangan resmi, Jumat (31/10/2025).

Secara teknikal, BTC menembus support penting di level US$108.000 dan jatuh di bawah 200-day Exponential Moving Average (EMA) di US$108.682 serta level Fibonacci 23,6% di US$108.435. Kondisi ini memicu aktivasi stop-loss dan aksi jual algoritmik yang memperdalam tekanan harga.

Breakdown di area ini menjadi sinyal bearish jangka pendek. Jika BTC gagal menembus kembali di atas US$108.000, potensi koreksi lanjutan ke kisaran US$103.000–US$104.000 bisa terjadi sebelum pasar menemukan keseimbangan baru," lanjut Fyqieh.

Baca Juga: Efek Pertemuan Trump-Xi Jinping, Harga Bitcoin Melemah ke US$108.000

Data CoinGlass mencatat lebih dari US$1,1 miliar posisi derivatif kripto dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, termasuk US$268 juta posisi long Bitcoin. Sementara open interest naik 4,7%, menandakan meningkatnya tekanan jual dari posisi short baru. Pendanaan negatif (funding rate) juga mempertegas dominasi sentimen bearish di pasar.

Meski demikian, sebagian analis melihat potensi pemulihan dalam jangka menengah. Secara historis, November kerap menjadi bulan reli bagi Bitcoin dengan rata-rata kenaikan 46% dalam 12 tahun terakhir.

Fyqieh menambahkan, peluang rebound masih terbuka jika kondisi makro membaik. “Jika The Fed mulai memberi sinyal pelonggaran likuiditas dan hubungan dagang AS–China stabil, Bitcoin berpotensi rebound menuju US$115.000–US$120.000,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: