Konsumsi Masyarakat Bergeser, Kelas Menengah Jadi Penggerak Utama
Kredit Foto: Istimewa
Pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia yang kini lebih fokus pada lifestyle, gadget, fashion, dan hiburan, serta dorongan investasi domestik menjadi faktor utama yang menentukan daya beli dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk, Dian Ayu Yustina menjelaskan, konsumsi masyarakat tidak lagi hanya terpusat pada kebutuhan pokok. Belanja untuk gadget, fashion, olahraga, hobi, dan hiburan meningkat signifikan.
“Memang kalau kita lihat, ada pergeseran. Pola konsumsi masyarakat sekarang lebih ke lifestyle dan hobi, termasuk gadget dan fashion,” kata Dian, dalam paparan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dikutip Selasa (11/11/2025).
Baca Juga: Kelas Menengah Indonesia Kini Utamakan Hidup Berkualitas, Bukan Sekadar Panjang Umur!
Namun, ia menyoroti ketimpangan daya beli antarsegmen masyarakat, di mana kelas bawah dengan tabungan di bawah Rp1 juta mengalami penurunan likuiditas dan kemampuan belanja, sementara kelas menengah dengan saldo Rp1–10 juta masih mampu berbelanja tergantung persepsi ekonomi.
Bank Mandiri terus memantau pola tabungan dan pengeluaran nasabah untuk memahami tren pembangunan diri serta konsumsi tiap segmen. Perubahan perilaku ini diproyeksikan berdampak pada industri ritel, e-commerce, dan hiburan, dengan kelas menengah menjadi penggerak utama konsumsi domestik. Dian menekankan,
“Yang penting adalah menjaga persepsi masyarakat terhadap ekonomi agar confidence tetap tinggi, karena ini memengaruhi kemampuan mereka melakukan pengeluaran,” imbuhnya.
Baca Juga: Kelas Menengah Diproyeksikan Nikmati Dampak Perbaikan Ekonomi
Selain konsumsi, investasi domestik juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global, terutama persaingan manufaktur dari China, Vietnam, dan Thailand. Investasi domestik tercatat naik tipis menjadi 2,5 persen, tetap dalam target aman inflasi 1,5–3,5 persen.
Dian menekankan pentingnya sektor jasa mulai dari transportasi, informasi dan komunikasi, akomodasi, serta kesehatan untuk menciptakan multiplier effect, sementara sektor manufaktur dan pertanian menghadapi tekanan kompetitif dari produk impor.
“Untuk akselerasi pertumbuhan jangka panjang, pemerintah harus menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur, sambil tetap mendorong pertanian dan jasa sebagai penggerak ekonomi domestik,” ujar Dian.
Strategi ini diharapkan mampu menyeimbangkan pertumbuhan sektor jasa yang cepat dengan peningkatan kapasitas manufaktur dan pertanian, sehingga akselerasi ekonomi lebih merata dan berkelanjutan.
Dengan kombinasi pola konsumsi yang bergeser dan investasi domestik yang terus meningkat, Indonesia diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya beli masyarakat, dan menghadapi persaingan global secara lebih strategis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement