Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK Catat Transaksi Pasar Modal di Sulsel Tembus Rp3,8 Triliun

OJK Catat Transaksi Pasar Modal di Sulsel Tembus Rp3,8 Triliun Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Pasar modal di Sulawesi Selatan?per Juni 2017 mencatatkan kinerja yang menjanjikan. Rata-rata pertumbuhan komponen pasar modal, baik itu nilai transaksi, jumlah rekening efek dan jumlah investor mengalami lonjakan di atas 20 persen. Khusus nilai transaksi, tercatat peningkatan di atas Rp300 juta dari periode Mei ke periode Juni tahun ini.

"Secara keseluruhan, kinerja pasar modal di Sulsel cukup positif. Pertumbuhannya bahkan di atas 20 persen. Untuk nilai transaksi misalnya per Juni 2017 meningkat 24,73 persen menjadi Rp3,88 triliun. Periode sebelumnya (Mei 2017) nilai transaksi Rp3,58 triliun," kata Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Maluku dan Papua Bambang Kiswono di Makassar, Minggu?(6/8/2017).

Menurut Bambang, capaian nilai transaksi Rp3,88 triliun lebih baik dibandingkan periode Juni 2016. Kala itu, 14 perusahaan sekuritas di Sulsel menghimpun Rp3,11 triliun. Meski begitu, secara keseluruhan, nilai transaksi pasar modal Sulsel pada 2016 cukup tinggi.

"Tahun lalu nilai transaksi pasar modal Sulsel sesuai laporan yang diterima OJK mencapai Rp6,94 triliun per Desember," tuturnya.

Pertumbuhan positif nilai transaksi pasar modal Sulsel per Juni 2017 berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah rekening efek dan jumlah investor. Bambang memaparkan jumlah rekening efek meningkat 27,9 persen dari 9.239 rekening menjadi 9.348 rekening, sedangkan jumlah investor bertambah dari 7.890 investor menjadi 8.004 investor atau setara 29,22 persen.

Terlepas dari cemerlangnya kinerja pasar modal Sulsel, Bambang mengungkapkan masih banyak titik lemah yang perlu dibenahi. Misalnya terkait rendahnya tingkat literasi dan inklusi pasar modal di Sulsel. Kebanyakan investor memang berpusat di Kota Makassar. Permasalahan lain, kata dia, minimnya jumlah SDM bidang pasar modal di Sulsel yang memiliki liecense sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) dan Wakil Manajer Investasi (WMI).

"Minimnya SDM di bidang pasar modal merupakan hambatan dan kendala tersendiri bagi perusahaan efek (broker dealer/manajer investasi) dalam melakukan ekspansi, seperti pembukaan cabang serta pemasaran di Sulsel. Ke depannya diharapkan semakin banyak SDM di bidang pasar modal yang berlisensi WPPE dan WMI," tutur Bambang.

Kepala Unit Pengembangan Layanan Infrastruktur Investasi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Amrizal Arief, sebelumnya mengungkapkan sebagian besar investor di Sulsel memang masih terpusat di Kota Makassar. Jumlah investor di Sulsel disebutnya terbilang minim jika dibandingkan jumlah penduduk Sulsel yang berkisar sembilan juta jiwa atau setidaknya penduduk Makassar yang mencapai 1,7 juta jiwa.

Masih rendahnya partisipasi warga, menurut Amrizal, menjadi pekerjaan rumah bersama dari pihak terkait untuk menggenjotnya dalam upaya menambah investor baru. Didorong pihaknya untuk mendongkrak inklusi pasar modal terhadap warga yang masih rendah. Untuk itu, KSEI bersama The Indonesia Capital Market Institute (TICMI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan sejumlah kampus gencar melakukan edukasi pasar modal.

Bila merujuk pada data nasional, Amrizal mengungkapkan partisipasi warga dalam pasar modal di Sulsel tidak buruk. Namun, diakuinya perlu untuk ditingkatkan. Merujuk data KSEI per akhir Maret 2017, Sulsel menempati urutan 11 dari 34 provinsi untuk investor terbanyak. Secara keseluruhan, jumlah investor pasar modal di Indonesia setidaknya sudah mencapai 950 ribu orang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: