Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Indonesia Stabil, Tapi Masih Harus Kurangi Impor!

Ekonomi Indonesia Stabil, Tapi Masih Harus Kurangi Impor! Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyatakan jika ekonomi Indonesia menunjukkan stabilitas yang berkelanjutan.  Hal ini tercermin dari beragam indikator makro ekonomi yang ada. 

 

Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan mengungkapkan bahwa produk Domestik Bruto Indonesia terus tumbuh ke level 5,17% di tahun 2018. Angka pengangguran di tahun 2018 yang berada di level 5,34% merupakan level yang terendah dalam 20 tahun. Inflasi terkendali di level 2,48% pada Maret 2019, dan investasi tumbuh cukup solid sebesar 6,01% di tahun 2018. 

 

Namun, defisit neraca berjalan melebar menjadi 2,98% terhadap PDB di tahun 2018, dipengaruhi oleh tingginya impor sejalan dengan kuatnya permintaan domestik ditengah kinerja ekspor yang terbatas.

 

Baca Juga: Pelaku Pasar Tak Perlu Khawatir Akan Ekonomi Indonesia, Sebab...

 

Menurutnya, perbaikan struktural yang diperlukan untuk memperkecil defisit neraca berjalan ada tiga. Pertama, peningkatan ekspor, sehingga Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor komoditas. Kedua, kebijakan untuk meningkatkan kesiapan supply chain untuk meningkatkan ekspor produk manufaktur, terutama dari pusat-pusat manufaktur yang baru.  Kebijakan tersebut harus mencakup hal-hal seperti peningkatan akses ke sarana listrik, sumber air, dan penyediaan insentif untuk produksi bahan baku serta barang-barang setengah jadi (intermediary goods).  

 

“Ketiga, peningkatan penanaman modal asing secara berkelanjutan: insentif pajak yang efektif dan revisi Daftar Negatif Investasi. Dengan perbaikan ekonomi ke depan, pasar saham akan menikmati keuntungan dari meningkatnya laba korporasi,” ucapnya, dalam keterangan resmi, di Jakarta, Kamis (2/5/2019). 

 

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 6% Asal...

 

Katarina menyebutkan, guna mengurangi ketergantungan ekspor komoditas, pemerintah menetapkan 5 sektor prioritas pada manufaktur, yaitu otomotif, tekstil, elektronika, kimia, makanan dan minuman.  Sementara itu, sektor-sektor yang diuntungkan dari fokus pemerintah untuk mendorong industrialisasi dan ekspor non-komoditas, diantaranya adalah industri otomotif, perbankan, semen, properti, dan logam.

 

Dalam lima tahun terakhir, percepatan pembangunan infrastruktur terbukti efektif dalam membantu meningkatkan konektivitas dan memangkas biaya logistik.  Belanja infrastruktur pemerintah naik 3 kali lipat dalam 5 tahun terakhir, dari Rp 150 triliun di 2014 menjadi Rp 415 triliun di 2019, yang membantu menurunkan biaya logistik Indonesia menjadi 24% terhadap PDB, dari sebelumnya yang pernah mencapai 30% terhadap PDB.  

 

Baca Juga: Klaim Ekonomi Indonesia Maju, Jokowi: Jangan Kufur Nikmat!

 

“Namun demikian, biaya logistik Indonesia masih tetap salah satu yang tertinggi di kawasan.  Sehingga diharapkan pemangkasan biaya logistik masih akan terus berlanjut seiring dengan banyaknya proyek infrastruktur yang akan diselesaikan di tahun 2020 - 2022,” pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: