Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CPO Indonesia Miliki Keunggulan Komparatif, Tapi Kok?

CPO Indonesia Miliki Keunggulan Komparatif, Tapi Kok? Pekerja merontokkan buah kelapa sawit dari tandannya di Desa Sido Mulyo, Aceh Utara, Aceh, Kamis (26/10). Para pekerja manyoritas kaum perempuan mengaku, dalam sehari mereka mampu memisahkan dan merontokkan biji kelapa sawit sebanyak 250 kilogram dengan upah Rp200 per kilogram atau menerima upah Rp.50 ribu perhari. | Kredit Foto: Antara/Rahmad

Pertama, tersedianya lahan kelapa sawit yang luas dan tersebar di wilayah Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua dengan kondisi iklim yang sangat potensial. Kedua, ketersediaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dengan upah yang rendah.

Ketiga, rendahnya biaya input yang dibutuhkan untuk memproduksi sawit serta tersedianya bahan baku dan bahan pendukung yang mudah ditemukan di dalam negeri. Keempat, tersedianya industri sarana dan prasarana produksi terkait seperti industri benih, pupuk hingga industri hilir dalam kegiatan usaha tani kelapa sawit.

Meskipun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi produsen CPO Indonesia di antaranya nilai minyak sawit Indonesia yang masih rendah serta produktivitas perkebunan kelapa sawit yang belum optimal. Indonesia menjadi eksportir CPO terbesar dunia karena hanya sedikit produk turunan CPO yang dapat diolah di dalam negeri, padahal derivat produk CPO sangat beraneka ragam.

Baca Juga: Astra Agro Lestari Manfaatkan AI Kelola Perkebunan Sawit

Indonesia hanya mampu mengolah CPO menjadi produk turunan sebesar 60% dari total produksi dan mengekspor 40% minyak sawit dalam bentuk mentah. Berbanding terbalik dengan kondisi tersebut, Malaysia telah mampu mengekspor produk turunan CPO sebesar 82,5% dan sisanya diekspor dalam bentuk mentah.

Produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman dan akan mencapai puncaknya pada saat tanaman berumur 13 tahun. Produktivitas CPO rata-rata nasional hanya 3,4 ton per ha, yang mana angka ini sangat rendah dibandingkan potensi produksi tanaman kelapa sawit unggul yang mampu mencapai 7–10 ton per ha.

Hal ini terjadi diduga akibat penggunaan benih palsu atau ilegitimasi serta kurang optimalnya sistem pemupukan oleh pekebun sawit.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: