Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Proyek Pabrik DME Bakal Serap Puluhan Ribu Tenaga Kerja, Jokowi: Itulah Mengapa Saya Kejar Terus

Proyek Pabrik DME Bakal Serap Puluhan Ribu Tenaga Kerja, Jokowi: Itulah Mengapa Saya Kejar Terus Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo  atau Jokowi menghadiri groundbreaking proyek Hilirisasi Batu Bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1). 

Dalam sambutannya, Jokowi meminta agar proyek tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya yaitu 30 bulan atau 2,5 tahun.

Baca Juga: Groundbreaking Hilirisasi Batu Bara, Jokowi: Sangat Diperlukan untuk Tekan Impor

"Tadi sebelum masuk, saya kumpulkan yang berkaitan dengan ini, untuk memastikan ini selesai sesuai dengan waktu yang dipastikan, yaitu 30 bulan. Jangan ada mundur-mundur lagi," ujar Jokowi saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara dipantau virtual, Senin (24/1/2022).

Hal tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jokowi mengatakan dengan adanya proyek tersebut maka akan menciptakan 11 hingga 12 ribu tenaga kerja langsung. 

"Akan membuka lapangan pekerjaan 11 ribu 12 ribu disini, kalau ada 5 investasi seperti yang ada ini maka 70 ribu lapangan pekerjaan akan tercipta itu yang langsung, yang tidak langsung biasanya 2 sampai 3 kali lipat, itulah mengapa saya kejar terus," ujarnya.

Selain untuk menyerap tenaga kerja, Jokowi juga meminta agar setelah proyek di Sumatera Selatan selasai maka pemerintah dapat membangun hilirisasi di lokasi lain.

"Kita harapkan nanti setelah ini selesai dimulai lagi di tempat lain karena ini hanya bisa men-supply Sumatera Selatan dan sekitarnya kurang lebih 6 juta kepala keluarga," ujarnya.

Dikesempatan yang sama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, proyek ini akan menghasilkan lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan Air Products, kemudian sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina.

"Di tambah lagi begitu eksisting berproduksi, lapangan pekerjaan disiapkan yang tetap 3.000. Itu yang langsung. Kalau yang tidak langsung, kontraktornya, sub kontraktornya, multiplier effect itu bisa tiga sampai empat kali lipat dari yang ada,” ujarnya.

Selain menyerap ribuan tenaga kerja, proyek ini menghasilkan output gasifikasi ini untuk mengurangi impor gas elpiji.

Sebagaimana diketahui, rata-rata impor gas elpiji Indonesia setiap tahunnya cukup besar dengan rata-rata 6 sampai 7 juta dan subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak sedikit.

"Impor gas elpiji rata-rata 1 tahun 6-7 juta, subsidi kita cukup besar. Di dalam perhitungan kami, setiap 1 juta ton hilirisasi, kita bisa melakukan efisiensi sekitar Rp6-7 triliun dari subsidi. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi,” ungkapnya.

Bahlil melanjutkan, dalam pengerjaan proyek ini juga sekaligus menghilangkan stigma bahwa negara hanya fokus menarik investasi dari satu negara.

"Investasi ini full dari Amerika bukan dari Korea, Jepang bukan China jadi sekaligus penyampaian bahwa tidak benar bawha pemahaman negara fokus investasi dari banyak negara ini buktinya kita primbangan ini Amerika," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: