Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapa Sangka! Ternyata Begini Kisah Pendeta Saifuddin Murtad Dari Islam

Siapa Sangka! Ternyata Begini Kisah Pendeta Saifuddin Murtad Dari Islam Kredit Foto: Youtube/Suara

(3) Dan atas gelimang kenikmatan dunia yang serba di atas Muhammadiyah dan NII KW IX, Saifudin Ibrahim dengan gelap mata memerankan diri sebagai “Abu Jahal Pongah” yang dengan gagah berani menginjak-injak agama Islam, agamanya dulu. Na’udzu billahi min-dzalik!

Catatan terpentingnya : Jadi, jika sekiranya ada kepercayaan animisme atau dinamisme yang menyodorkan tawaran keduniaan jauh lebih gemerlap ketimbang Gereja (3), maka tak menutup kemungkinan, Saifudin Ibrahim bisa saja memerankan dirinya sebagai “bapak spiritualisnya”, atau bahkan sebagai “bethoro kolonya” atau bahkan sebagai “dhedhemitnya”.

Baca Juga: Pendeta Saifuddin Bikin Gaduh Minta Ayat Al Qur'an Dihapus, Mahfud MD Nggak Basa-basi: Kalu Bisa...,

Dalam hal mencla-menclenya Saifudin Ibrahim beragama Islam itu, ia tentu faham pesan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 79, dan di banyak ayat lainnya. Di mana frasanya berbunyi, “liyasytaru bihi tsamanan qalila”…

Terkait dengan isi-isi atau materi perdebatan Saifudin Ibrahim yang Kristen dengan muslim, aku hanya akan ungkapkan satu blunder yang pernah dibuatnya. Ia pernah mengakui, bahwa satu-satunya bahasa yang bisa paling tepat untuk mengungkapkan perasaannya adalah bahasa Arab. Selainnya tak ada.

Pada pangakuan (blunder) itu implikasinya sangat jauh dan mendalam. Tapi sangat disayangkan, Saifudin Ibrahim tak menyadarinya. Implikasinya, memang itulah substansi dari diturunkannya agama Islam sebagai PENYEMPURNA terhadap agama-agama samawi yang terdahulu.

Sedangkan aspek bahasa adalah sebagai salah satu aspeknya saja. Makanya Al-Qur’an (Kitab Sucinya umat Islam itu) terjaga bahasa aslinya. Itu juga yang menjadi salah satu tanda kesempurnaannya. Itu tidak sebagaimana bahasa pada kitab-kitab suci agama lain. Bahasa kitab-kitab suci agama mereka sudah berupa terjemahan belaka. Artinya tak mungkin bisa lagi disebut sempurna.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: