Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

800 Petani di Kalimantan Tengah Ikuti Program Bertani Tanpa Bakar dan Kimia

800 Petani di Kalimantan Tengah Ikuti Program Bertani Tanpa Bakar dan Kimia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perlahan namun pasti, kesadaran masyarakat untuk membuka lahan dan bercocok tanam secara ramah lingkungan , semakin meningkat. Salah satunya di Kalimantan Tengah, tepatnya di desa-desa seputar sungai Katingan dan Mentaya.

Di sana, sekitar 800 petani dari 16 desa telah berinisiatif untuk mempraktekkan cara membuka lahan dan bercocok tanam secara berkelanjutan, yakni  tanpa membakar dan tanpa memakai bahan kimia atau TBTK (Tanpa Bakar Tanpa Kimia).

Dengan total lahan garapan seluas sekitar 780 hektar, para petani ini tergabung dalam program Sekolah Tani Agroekologi yang digagas oleh  PT Rimba Makmur Utama (RMU) melalui Katingan Mentaya Project (KMP), sebuah inisiatif restorasi dan konservasi ekosistem hutan gambut seluas 157.875 hektar di Kalimantan Tengah

Aliansyah, seorang petani sayur dan buah dan peserta program Sekolah Tani Agroekologi, adalah salah satu contoh petani yang sudah menikmati keuntungan dari hasil panen pertanian organik yang dipraktekkanya.

Ditemui di kebunnya di desa Babaung, Kecamatan Pulau Hanaut, Kotawaringin Timur, dimana ia bercocok tanam jeruk, kacang panjang, cabai dan beberapa jenis sayuran lain, Aliansyah mengungkapkan pengalamannya setelah ikut serta dalam program Sekolah Tani Agroekologi. 

“Sebelum tahun 2020, saya bercocok tanam secara non-organik, dan hasil yang saya dapat jauh di bawah harapan. Kondisi tanah yang rusak akibat bahan kimia yang dipakai terus menerus menyebabkan modal yang harus saya keluarkan untuk perawatan mencapai lebih dari dua kali lipat dari hasil panen waktu itu. Saat saya hampir menyerah, saya  diperkenalkan pada program STA oleh PT RMU, dan  diajak mengikuti temu lapangan di Desa Kelampan. Di sana, saya melihat sendiri hasil dari para petani  yang sudah menerapkan praktek pertanian tanpa bakar dan tanpa kimia, dengan  panen yang sangat memuaskan.  Saya pun tertarik untuk ikut serta program ini. Dan ternyata, hasil yang saya peroleh sangat  baik. Yang paling memuaskan adalah panen jeruk, dimana dalam 3 bulan saya bisa memanen 1 ton jeruk. Kini, kebun jeruk saya selalu berbuah sepanjang tahun, tanpa henti, dan tidak mengenal musim.” 

Aliansyah memaparkan, satu kunci sukses dalam teknik bertanam TBTK adalah perawatan ekstra di awal untuk mengembalikan kondisi tanah dan tanaman yang sudah rusak akibat bahan kimia yang digunakan sebelumnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: