Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gelombang PHK Terjadi Akibat Tekanan Makro-Ekonomi

Gelombang PHK Terjadi Akibat Tekanan Makro-Ekonomi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri digital terjadi akibat adanya tekanan makro ekonomi. 

Menurutnya, tekanan tersebut terjadi cukup berat pascapandemi Covid-19. Bhima menyebut tekanan terjadi hampir di semua sektor makro-ekonomi di Indonesia.

"Gelombang PHK digital disebabkan oleh tekanan makro-ekonomi yang cukup berat pascapandemi, mulai dari kenaikan inflasi, tren penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, risiko geopolitik, dan model bisnis yang berubah signifikan," ujar Bhima saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (6/12/2022).

Baca Juga: Waspadai Gelombang PHK, Tech Winter Terus Bikin Waswas Startup Hingga Tahun Depan, Kok Bisa!?

Menurutnya, hampir semua perusahaan berharap pada masa pandemi akan terjadi kenaikan jumlah pengguna dan profitabilitas layanan yang berkelanjutan, namun faktanya terjadi sebaliknya. 

Di mana harapan mulai pupus ketika konsumen terutama di Indonesia dan negara Asia Tenggara berhadapan dengan naiknya inflasi pangan dan energi sekaligus.

"Sehingga mengurangi pembelian barang dan jasa melalui layanan platform digital," ujarnya. 

Lanjutnya, Bhima menilai hampir sebagian besar startup yang lakukan PHK massal disebut sebagai ‘Pandemic Darling’ atau perusahaan yang meraup kenaikan Gross Merchandise Value (GMV) selama puncak pandemi 2020-2021.

Akibat dari kondisi tersebut yang membuat valuasi tinggi, maka perusahaan tersebut dipersepsikan mudah cari pendanaan baru. Faktanya agresivitas ekspansi perusahaan digital ternyata saat ini tidak sebanding dengan pencarian dana baru dari investor.

"Banyak investor terutama asing menjauhi perusahaan dengan valuasi tinggi tapi secara profitabilitas rendah, atau model bisnisnya tidak sustain (berkelanjutan)," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: