Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banjir Katalis Meski Koreksi, Investor Optimistis Harga Emas Tembus US$3.000

Banjir Katalis Meski Koreksi, Investor Optimistis Harga Emas Tembus US$3.000 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Logam mulia bergejolak menyusul harga emas yang mengalami koreksi tipis dalam penutupan perdagangan di Jumat (21/2). Pasar tengah melakukan aksi ambil untung setelah mencetak rekor tertinggi sambil mengawasi perkembangan ancaman kebijakan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Senin (24/2), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas logam mulia utama global. Semua komoditas terkait kompak mengalami koreksi:

  • Emas spot: Turun 0,1% menjadi US$2.939,63 per ons.
  • Emas berjangka AS: Turun 0,1% menjadi US$2.953,20 per ons.
  • Perak: Turun 0,9% menjadi US$32,64 per ons.
  • Palladium: Melemah 0,7% menjadi US$970,45 per ons.
  • Platinum: Turun 1,1% menjadi US$967,40 per ons.

Chief Operating Officer (COO) Allegiance Gold, Alex Ebkarian mengatakan bahwa pelemahan kali ini wajar terjadi mengingat sebelumnya harga emas mencetak rekor US$2.954,69. Pasar saat ini mengambil aksi ambil untung sambil mengawasi perkembangan dari pasar.

"Ini adalah pola klasik, di mana harga mencapai rekor tertinggi baru lalu diikuti oleh aksi ambil untung. Namun, fundamental emas tetap kuat," ujar Alex Ebkarian.

Pasar saat ini tengah menyoroti menguatnya kekhawatiran terhadap ketidakpastian pertumbuhan ekonomi dan dan memanasnya geopolitik. Hal tersebut bisa meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven.

Ketidakpastian tersebut tidak terlepas dari ancaman kebijakan tarif yang terus digaungkan oleh Trump. Baru-baru ini rencana tersebut akan mencakup bea impor atas kayu, produk hutan, mobil, semikonduktor, dan farmasi, di samping tarif tambahan 10% pada impor dari China serta tarif 25% pada baja dan aluminium.

Kebijakan tersebut dikhawatirkan akan memicu gejolak inflasi, hal yang turut disuarakan oleh Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat (AS).

The Fed khawatir kebijakan tarif dapat meningkatkan inflasi, yang mana akan mempersempit ruang pihaknya untuk memotong suku bunga. Hal tersebut akan mengurangi daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Baca Juga: Soroti Inflasi dan Dampak Kebijakan Trump, Sinyal Terbaru Arah Suku Bunga dari The Fed

"Potensi emas sebagai aset lindung nilai atau safe-haven saat ini belumlah optimal menyusul pergeseran investasi belum signifikan," kata Alex Ebkarian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: