Segera Cetak Rekor Baru, Harga Emas Bakal Sulit Anjlok Melebihi US$3.000

Harga logam mulia, termasuk harga emas terpantau stabil dalam perdagangan di Rabu (26/3). Pasar nampaknya tengah menyoroti efek kebijakan tarif terbaru dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Kamis (27/3), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas utama dari logam mulia global. Meski melemah, pergerakan harga logam mulia cenderung stabil:
- Emas spot: Turun 0,1% menjadi US$3.016,71 per ons.
- Emas berjangka AS: Melemah 0,1% di US$3.022,50 per ons.
- Perak: Turun 0,3% menjadi US$33,63 per ons.
- Platinum: Melemah 0,1% ke US$975,17 per ons.
- Palladium: Naik 1% menjadi US$965,98 per ons.
Wakil Presiden dan Analis Senior Zaner Metals, Peter Grant mengatakan harga emas kali ini melemah karena penguatan dolar hingga kenaikan imbal hasil obligasi di AS.
Meski demikian, ia menyebut bahwa harga emas berpotensi untuk mencetak rekor baru menyusul pengumuman kebijakan tarif dari Trump. Ia yakin setidaknya harga emas akan tetap bertahan di atas US$3.000 per ons.
"Emas masih didukung oleh minat aset safe-haven di tengah ketidakpastian tarif dan risiko geopolitik. Jika harga emas mencetak rekor tertinggi baru, target berikutnya saya perkirakan di US$3.150," kata Peter Grant.
Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa tarif otomotif akan segera diterapkan, tetapi mengisyaratkan bahwa tidak semua tarif akan berlaku pada 2 April 2025.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran terkait gejolak inflasi dan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, dimana hal tersebut mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam aset safe-haven seperti emas.
Para pelaku pasar kini menantikan data indeks pengeluaran konsumsi pribadi dari AS. Data tersebut dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
"Jika data menunjukkan inflasi yang jinak, ini akan memperkuat ekspektasi kebijakan dovish dan memberikan dorongan lebih lanjut bagi emas," tambah Grant.
The Fed sebelumnya mempertahankan suku bunga acuannya tetapi mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini. Emas, sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung mendapat keuntungan dalam lingkungan suku bunga rendah.
Baca Juga: PHK Gegara Trump: 100.000 Pekerja Terancam Efek Tarif di Kanada
Adapun Presiden Bank Sentral Federal Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa meskipun bank sentral telah berhasil menekan inflasi, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk membawa inflasi kembali ke target 2%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement