Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Sukses Rebound Meski Dibayangi Efek Trump

Dolar AS Sukses Rebound Meski Dibayangi Efek Trump Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) mencatatkan penguatan dalam penutupan perdagangan untuk pekan lalu di Jumat (21/2). Kenaikan ini seiring konsolidasi sikap investor serta kewaspadaan pasar menghadapi data inflasi dan perekonomian dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Senin (24/2), Indeks Dolar (DXY) tercatat naik 0,2% menjadi 106,59, Meski demikian, indeks dalam bulan ini telah mengalami penurunan sebesar 1,7%.

Baca Juga: Trump dan Elon Musk Instruksikan Pegawai Federal Laporkan Kinerja, FBI Sarankan Hati-hati

Kepala Strategi Pasar Corpay Toronto, Karl Schamotta mengatakan bahwa penguatan dolar merupakan hasil rebound teknis setelah pelemahan dalam beberapa pekan terakhir di Februari 2025.

"Greenback sedang dalam masa konsolidasi setelah melemah dalam beberapa minggu. Di sisi lain, terdapat juga kekhawatiran soal kebijakan tarif impor," ungkap Schamotta.

Kenaikan dolar sendiri tertekan oleh sejumlah data ekonomi terbaru dari AS. Aktivitas bisnis turun ke 50,4 dari sebelumnya 52,7 di Januari 2025. Hal ini menunjukkan perlambatan ekonomi yang bisa mendukung kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Data ekonomi juga menunjukkan pelemahan signifikan dalam sektor perumahan. Data tersebut tercatat menurun hingga 4,9%. Adapun Data University of Michigan juga menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen yang lebih besar dari perkiraan pasar. 

Dampak dari data ini membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga tahun ini, meskipun tidak dalam waktu dekat. Pasar memperkirakan pemangkasan akan terjadi hingga sebesar 44 basis poin (bps) di 2025.

Meski demikian, terdapat sedikit peluang dalam kebijakan tarif impor yang dilakukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam perkembangannya, terdapat rencana tarif baru terhadap impor kayu. 

Schamotta menyoroti bahwa jika pemerintah melihat tarif sebagai cara untuk menutupi defisit fiskal, negara-negara yang terkena kebijakan ini mungkin akan kesulitan untuk menegosiasikan pengecualian dari tarif baru. Hal ini meningkatkan risiko pelemahan mata uang mereka terhadap Dolar AS.

Baca Juga: Sasar Asia Tenggara, Tarif Impor Trump Bisa Picu Gelombang PHK

"Jika Trump melihat tarif sebagai cara untuk menutup defisit fiskal, maka mitra dagang utama dapat mengalami kesulitan dalam menegosiasikan pengecualian dari putaran tarif berikutnya," tutur Schamotta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: