Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gandeng Dosen Buka-Bukaan Soal Investasi, Raditya Dika Beberkan Pentingnya Dana Pensiun!

        Gandeng Dosen Buka-Bukaan Soal Investasi, Raditya Dika Beberkan Pentingnya Dana Pensiun! Kredit Foto: Instagram/Raditya Dika
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        YouTuber Raditya Dika telah lama berhasil mengumpulkan dana pensiunnya. Namun, ia tertarik ketika seorang YouTuber Doddy Prayogo menampilkan progress-nya mengumpulkan dana pensiun di akun YouTube-nya, Doddy Bicara Investasi.

        Karena itu, dalam video bertajuk "Biar Gak Bokek Waktu Tua", Raditya Dika menggandeng Doddy untuk sharing terkait investasi dana pensiunnya.

        Doddy pun memperkenalkan diri, bahwa ia sejatinya adalah seorang Dosen Teknik Sipil di Universitas Kristen Petra. Doddy pertama kali membuat video tentang investasi di YouTube pada akhir tahun 2019.

        Baca Juga: KOL Stories x Bapak-Bapak: Tips Keuangan dan Investasi Buat Bapak-Bapak

        Doddy pertama kali berinvestasi pada tahun 2013 ketika ia hendak menikah. Saat itu, Doddy memiliki uang di bank, sehingga ia terpikirkan untuk berinvestasi yang ia pelajari lewat buku adiknya. Dari situ, Doddy mulai terjun ke dunia saham sambil belajar dengan membaca buku di tengah ia studi lanjut di Taiwan.

        Kemudian, setelah pulang ke Indonesia, Doddy mengajar sebagai dosen ekonomi teknik. Di tengah pembahasan time value of money, Doddy mencontohkan dari pengalaman investasinya. Setelah itu, salah seorang mahasiswa Doddy berujar untuk Doddy memberikan penjelasan di YouTube karena hal itu jarang ditemukan. Terlebih, Doddy memberikan penjelasan dengan sangat detail.

        Lalu, 1-2 video masuk ke dalam algoritma YouTube, sehingga subscriber pun berdatangan hingga akhirnya Doddy lanjutkan untuk menjadi YouTuber.

        Dalam konten videonya, Doddy secara terang-terangan memberikan nominal dana pensiunnya beserta perhitungan lainnya.

        Doddy mengaku, bahwa ia memulai investasi sejak 2013 dan mulai menabung untuk dana pensiun sejak 2017, yakni setelah Doddy bertemu komunitas FIRE (Financial Independent Retired Early). Komunitas itu banyak membahas tentang pensiun dini, meski Doddy sebenarnya tidak ingin pensiun dini karena ia menyukai pekerjaannya sebagai dosen. Namun, Doddy juga ingin mencapai kebebasan finansial dengan memiliki uang pensiun.

        Adapun instrumen investasi yang dipakai Doddy adalah reksadana. Reksadana adalah dana yang dihimpun dan dikelola manajer investasi. Dana tersebut akan dibelikan ke instrumen-instrumen yang sesuai dengan jenias reksadana-nya.

        Sebagai contoh reksadana pasar uang, berisi dari deposito dan obligasi yang kurang dari satu tahun (instrumen jangka pendek). Lalu, ada reksadana pendapatan tetap atau obligasi, reksadana saham aktif dan reksadana saham index.

        Doddy bercerita, sejak tahun 2013-2018 ia berinvestasi, portofolionya lebih banyak yang merah daripada hijau. Hal ini karena ia lebih memilih membeli saham individual daripada index. Alhasil, portofolio Doddy underperform. Ini karena berdampak pada psikologis Doddy yang pernah beberapa kali menjual saham yang seharusnya ditahan.

        Karena itu, kini Doddy lebih memilih reksadana saham index, karena dengan begitu, Doddy lebih tahu isinya apa saja. Misalnya Doddy membeli reksadana saham IDX 30, itu berarti ia membeli 30 saham blue chip yang ada di Indonesia. Dan bobotnya pun selalu sama, meski ada 1-2 perubahan setiap tahunnya.

        Sedangkan di reksadana saham, terkadang kita tidak tahu isi persisnya seperti apa yang ditampilkan. Dan ada indikator lainnya yaitu expense ratio yang membebankan dana sampai 4% di dana pengelolaannya. Sementara saham index hanya 1,5%. Expense ratio ini sama dengan membayar jasa manajer investasi.

        Karena itu, Doddy lebih memilih index karena menurutnya terlalu besar dan belum tentu pemilihan sahamnya benar. Sejak itu, performa portofolio Doddy jauh lebih baik. Terlebih, reksadana bisa dimulai hanya dengan ratusan ribu, tak perlu jutaan yang harganya satu lot sebuah saham perusahaan jika dibeli secara individu.

        Namun, salah satu kesalahan dari banyak orang adalah menjadikan investasi sebagai instrumen agar cepat kaya. Secara psikologis, semakin ingin cepat kaya, biasanya akan semakin mengambil risiko tinggi. Dan ini justru menjadi tindakan spekulasi, bukan investasi. Investasi itu adalah dengan menekan tingkat risiko sekecil mungkin.

        Untuk menghindari Fear of Missing Out (FOMO), Doddy menceritakan pengalamannya yang mengejar sebuah saham yang sudah terlampau tinggi tetapi malah dibeli. Saat itu, saham tersebut tinggi karena sebuah sentimen, dan setelah sentimen tersebut reda, harga saham pun kembali turun ke harga normal. Karena itu, Doddy belajar, ketika harga suatu saham naik dan tidak terkejar, biarkan saja. Itu berarti rezekinya orang lain.

        Menurut Doddy, fenomena FOMO adalah siklus yang harus dihadapi investor. Karena guru terbaik datang dari pengalaman. Doddy mengatakan kita tidak bisa membeli 100 buku kemudian menjadi investor sukses. Melainkan, kita harus melewati berbagai siklus untuk belajar.

        Adapun Doddy mengungkap bahwa ia mencatat pengeluarannya pertama kali karena untuk menghitung dana pensiun. Hal ini karena saat itu, Doddy ingin mengetahui berapa dana aset yang ia butuhkan karena harus sama dengan 25 kali pengeluaran tahunan. Dari situlah Doddy tahu bahwa pengeluarannya mencapai Rp13-15 juta, dan yang terbesar adalah keperluan rumah tangga yang mencapai Rp10 juta.

        Kebanyakan orang juga hanya memfokuskan diri untuk mengurangi pengeluaran, tetapi lupa menambah pendapatan. Doddy sendiri membatasi pengeluaran konsumtif sambil tetap menambah pendapatan.

        Selain menjadi dosen, Doddy juga mendapatkan penghasilan dari YouTube dan return investasi. Hal ini karena ada kalanya pengeluaran tak bisa lagi ditekan, seperti kebutuhan makan, listrik dan lainnya. Jika terlalu dipaksakan, suatu saat bisa balas dendam untuk spending lebih banyak.

        Doddy sendiri menyarankan bagi anak muda zaman sekarang, lebih baik berinvestasilah kepada diri sendiri. Dengan demikian, kamu akan memahami dirimu, mengetahui nilai, kekuatan dan potensi di dalam diri kamu, dan itu nantinya akan menjadi kekuatan mencari uang di masa depan. Karena aset terpenting adalah diri sendiri.

        Jika tidak berinvestasi pada diri sendiri, kamu mungkin tidak tahu bahwa ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan di luar pekerjaan utama.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: