Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Blak-blakan Sang Menag, dari Isu Celana Cingkrang hingga Imam Besar FPI

Blak-blakan Sang Menag, dari Isu Celana Cingkrang hingga Imam Besar FPI Kredit Foto: Antara/Antara

Sejumlah pihak berkomentar kebijakan itu mirip dengan cara-cara pemerintahan orde baru (orba). Bagaimana Anda menanggapinya?

Enggak Orba. Siapa yang enggak mau silakan, engga ada yang wajib kok. Tapi dengan begitu setiap penceramah itu kita ajak untuk berwawasan kebangsaan.

Rancangan kebijakan Anda, seperti tentang penceramah bersertifikat hingga larangan ASN memakai celana cingkrang atau cadar, disebut membuat sejumlah kelompok Islam merasa dimusuhi. Bagaimana tanggapan Anda?

Kalau ngomong soal Muslim saya paling concern, dari kecil sudah di dunia Islam.

Itu pasti satu dua orang yang berpikiran salah, tapi saya ngomong di mana-mana tidak ada masalah... Saya mengangkat Islam yang Rahmatan lil alamin, Islam yang rahmat bagi alam semesta. Mana, ada orang yang ketakutan?

Coba saja datang ke saya, pasti ketawa-ketawa. Ada yang bilang ke saya, "Pak di sana ada kelompok seperti itu". Tapi pas saya datang, luar biasa sambutannya.

Ada juga yang bilang "Bapak dimusuhin di sana". (Tapi ketika) saya datang ke sana, luar biasa, kiainya sampai nuntun saya.

Terkait latar belakang Anda, apakah pendekatan militer akan Anda gunakan untuk upaya deradikalisasi?

Kadang-kadang orang salah ya, pendekatan militeristik itu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.

Padahal di mana saja kita tugas pasti kegiatannya penggalangan, merangkul semua orang, pengakuan teritorial.

Enggal ada kita di suatu tempat ngumpulin orang terus nembakin orang.

Saya pernah bertugas di United Nations, saya dan tentara-tentara lainnya bertugas untuk menjaga perdamaian. Jadi, jangan kaitkan militer itu dengan menembak, memukul, enggak ada itu. Sudah tidak laku itu.

Anda lihat enggak saya melakukan pendekatan militer?

Menurut sejarawan NU, Abdul Mun'im, perspektif deradikalisasi militer dan pegiat keagamaan tradisional sangat berbeda. Ia memprediksi, kebijakan Fachrul Rozi terkait isu ini akan sekadar 'meraba-raba'.

"Radikalisme bukan soal politik, tapi dimensi keagamaan. Selama ini aparat keamanan terlihat gamang mengatasi radikalisme. Makanya radikalisme marak bahkan berkembang di tubuh mereka sendiri," kata Abdul.

 

Ada pihak yang mengkhawatirkan...

Enggak ada kok, kalau ada ya silakan menghadap saya, dengan senang hati.

Kepulangan pimpinan FPI Rizieq Shihab masih menjadi perbincangan. Bagaimana pandangan Anda tentang kepulangannya?

Ngapain kita pandang? Ia pergi sendiri, ya pulang sendiri silakan. Saya tanya dengan beberapa teman (yang mengurus bagian) hukum, engga pernah dilarang (kembali ke Indonesia).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: