Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Meski Bukan yang Pertama, Nama Nissan Justru Terdengar di Seluruh Dunia

Kisah Perusahaan Raksasa: Meski Bukan yang Pertama, Nama Nissan Justru Terdengar di Seluruh Dunia Kredit Foto: Reuters/Phil Noble

Dalam penjualan kendaraan, Nissan terkuat di Jepang dan bagian lain Asia, Amerika Serikat, Meksiko, Timur Tengah, dan Afrika Selatan, sedangkan Renault terkonsentrasi di Eropa, Turki, dan Amerika Selatan.

Sebagai bagian dari perjanjian, Renault memompa dana 5,4 miliar dolar ke Nissan yang haus uang dengan imbalan 37 persen saham di Nissan Motor dan 22,5 persen saham (kemudian dinaikkan menjadi 26 persen) di Nissan Diesel Motor Company, sebuah unit truk berat.

Meskipun tidak mengamankan kendali penuh atas Nissan, Renault memperoleh hak veto atas belanja modal dan memasang Carlos Ghosn sebagai chief operating officer Nissan -- yang juga menjadi presiden pada tahun 2000.

Suntikan modal dari Renault dengan cepat mengurangi beban utang Nissan menjadi 1,4 triliun yen (13 miliar dolar). Ghosn dengan cepat mulai melaksanakan restrukturisasi besar-besaran Nissan. Operasi non-otomotif mulai didivestasi, termasuk operasi telepon seluler dan mobil serta divisi dirgantara.

Pada awal tahun 2000, Nissan menjual saham yang dimilikinya di Fuji Heavy Industries Ltd. Adapun untuk operasi otomotif, Ghosn pada bulan Oktober 1999 menetapkan program pengendalian biaya yang berat yang dijadwalkan akan selesai pada tahun 2002. Program tersebut mencakup: pengurangan tenaga kerja sebesar 14 persen --mewakili 21.000 pekerjaan, terutama di Jepang-- melalui pengurangan, pensiun dini, dan spin-off bisnis non-inti; penutupan lima pabrik produksi di Jepang pada 2001 dan 2002; pemotongan biaya tahunan sebesar 1 triliun yen (9,5 miliar dolar), termasuk pengurangan 20 persen dalam biaya pembelian dan pemotongan 20 persen dalam biaya overhead, yang terakhir termasuk penghapusan seperlima dari dealer Nissan Jepang; dan pengurangan utang sebesar 50 persen menjadi 700 miliar yen (6,5 miliar dolar).

Pada 2007, perusahaan membuka Nissan Advanced Technology Center (NATC), di dekat situs NTC. Ia bekerja dalam hubungan erat dengan penelitian pusat, kantor Silicon Valley, kantor teknis di dekat markas Nissan di pusat Yokohama, dan kantor luar negeri di Detroit, Silicon Valley, dan Moskow. Kursus tes Nissan ada di Tochigi (dua jalur), Yokosuka dan Hokkaido.

Pada 20 Oktober 2016, Nissan menandatangani kesepakatan untuk mengambil alih 34 persen saham Mitsubishi Motors. Produsen mobil Jepang itu menginvestasikan 237 miliar yen untuk menjadi pemegang saham tunggal terbesar di Mitsubishi Motors.

Sepanjang 2019 dan 2020, keuangan Nissan makin merosot. Kondisi ini dihubung-hubungkan dengan penjualan kendaraan listrik di Eropa yang tumbuh dengan sangat cepat. Temuan yang diriset oleh firma otomotif Jato Dynamics menemukan bahwa Eropa dan AS masih memiliki beberapa hal untuk dipelajari dari China, termasuk memprioritaskan keterjangkauan, perencanaan terpusat, dan menggunakan data untuk lebih memahami konsumen.

Dalam tahun 2019 misalnya, pendapatannya turun 3,2 persen dari 107,86 miliar (2018) menjadi 104,39 miliar dolar. Kondisi ini membuatnya turun dari peringkat 54 di 2018 ke nomor 66 di tahun ini dalam Fortune Global 500. Yang terburuk bahkan laba bersihnya turun 57,3 persen menjadi 2,87 miliar dolar. 

Nissan bereaksi dengan meluncurkan kendaraan listrik baru dan mendisain ulang logo perusahaan "hamburger" pada 2020. Jelas tujuannya tidak lain untuk membuat awal yang baru setelah berbulan-bulan kekacauan manajemen dan penurunan profitabilitas.

Adalah Ariya, SUV listrik dengan jangkauan hingga 610 kilometer (379 mil), adalah produk baru pertama yang diluncurkan di bawah manajemen baru yang mengambil alih pada bulan Desember 2019. Debut model tersebut, yang memiliki harga awal sekitar 5 juta yen (46.600 dolar). 

Hasilnya sama sekali belum nampak. Bahkan Nissan dalam Global 500 harus turun lagi ke posisi 83 dunia. Ini terjadi karena terpuruknya finansial korporasi sebesar 13 persen menjadi 90,86 miliar dolar. Lagi-lagi yang menjadi pikiran para pejabat Nissan adalah minus 6,17 miliar dolar dalam laba atau turun 314,5 persen! Kekuatan Nissan hanya bergantung pada aset (157,08 miliar) dan total uang pemodal yang di angka 50,05 miliar dolar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: