- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
IHSG Dibayangi Ketidakpastian, Efek Munculnya Sinyal Perang Ekonomi China dan AS
Bursa Saham Indonesia atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat tipis 0,02% ke level 7.164,42 pada penutupan perdagangan Jumat (3/1). Penguatan ini menjadi sinyal sedang adanya ketidakpastian tak hanya dalam pasar nasional namun juga global dalam awal tahun dari 2025.
Dilansir Senin (6/1), indeks dalam perdagangan hari tersebut mencatatkan frekuensi transaksi hingga 995 ribu kali dengan volumen perdagangan mencapai 19,02 miliar lembar saham. Adapun nilai transaksi yang tercipta adalah Rp7,8 triliun.
Baca Juga: TPDI Desak Polri Tindak Tegas Oknum Penyidik yang Diduga Terlibat Kasus Pengambilan Saham PT ASM
Mayoritas saham menunjukkan gerakan yang bervariasi. 254 saham tercatat menguat, 336 saham melemah dan 206 saham stagnan. Adapun beberapa saham menjadi sorotan karena penguatan dan koreksinya yang signifikan seperti:
- PT Duta Anggada Realty Tbk (DART): Naik 34,94%
- PT MPX Logistics International Tbk (MPXL): Naik 34,86%
- PT Semacom Integrated Tbk (SEMA): Naik 34,52%
- PT Indo Straits Tbk (PTIS): Turun 16,78%
- PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET): Turun 15,07%
- PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS): Turun 13,29%
Investor mulai menyesuaikan strategi alokasi aset setelah menghadapi gejolak ekonomi dalam penutupan tahun 2025. Sentimen domestik yang kuat membantu bursa bertahan dalam zona hijau meski terdapat tekanan dari pasar global.
Adapun tekanan global ini terkait dengan adanya sinyal ketegangan ekonomi antara China dan Amerika Serikat (AS). Pemerintah China baru-baru ini memasukan sejumlah perusahaan negara saingannya itu seperti Raytheon, Boeing hingga Lockheed Martin ke dalam daftar pengawasan ekspor untuk melindungi kepentingan nasional serta perekonomian domestik.
Beijing juga memperketat ekspor teknologi terkait komponen baterai dan mineral penting seperti lithium dan galium.
AS juga tengah menjadi sorotan jelang pelantikan dari Donald Trump. Arah kebijakan sosok tersebut yang diprediksi akan proteksionis memicu spekulasi bahwa akan terjadi perang dagang. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah wacana seperti kebijakan tarif impor baru hingga penguatan ekonomi domestik dari AS.
Baca Juga: Perkuat Modal, Transcoal Pacific (TCPI) Berencana Private Placement 500 Juta Saham
Adapun Korea Selatan juga turut memicu gelombang ketidakpastian akibat masih berlanjutnya ketegangan politik terkait dengan Yoon Suk Yeol. Negara tersebut baru-baru ini gagal menahan presiden yang telah dimakzulkan tersebut karenadihalangi oleh Pasukan Pengawal Presiden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement