Seiring Waktu Kekebalan Vaksin Covid-19 Berkurang, Apa Maksudnya?
Banyak yang berpendapat bahwa memvaksinasi semua orang Amerika akan membantu menggagalkan mutasi virus di masa depan dan menghilangkan kebutuhan akan booster atau vaksin baru. Jurnal The Atlantic dan Nature sama-sama mengatakan bahwa meskipun vaksin tidak bertahan selamanya, memori kekebalan seluler tubuh menciptakan perlindungan yang tahan lama terhadap penyakit parah, untuk sementara waktu.
"Meskipun level perlindungan berubah, baik vaksin maupun sistem kekebalan kita belum mengecewakan atau bahkan mendekati membuat kecewa. Efektivitas vaksin bukanlah monolit, demikian juga dengan imunitas. Upaya untuk aman dari virus bergantung pada inang dan patogen; perubahan dalam keduanya dapat menghancurkan penghalang yang memisahkan keduanya tanpa melenyapkannya, persis seperti yang kita lihat sekarang," kata The Atlantic.
Baca Juga: Apakah Indikator Vaksin yang Bekerja Adalah saat Tubuh Mengalami Efek Samping? Jawabannya...
Publikasi tersebut menambahkan bahwa kasus terobosan (breakthrough infection) masih cukup jarang, merujuk pada laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech memblokir tingkat infeksi hingga sekitar 90 persen di musim semi dan masih sekitar tahun 60-an dan 70-an.
"Laporan awal, termasuk perkiraan studi asli Moderna dan Pfizer, menempatkan kemanjuran vaksin terhadap penyakit simtomatik dalam kisaran 90 hingga 95 persen. Studi yang lebih baru sekarang mendokumentasikan tingkat di tahun 80-an, bahkan ketika berhadapan dengan delta, varian yang vaksin awalnya tidak diformulasikan," tulis The Atlantic.
Secara global, menurut Nature, saat ini tidak ada indikasi bahwa tingkat penyakit parah di antara yang divaksinasi melonjak dengan cara yang berarti. Jurnal tersebut menyoroti bahwa masih banyak yang belum diketahui, terutama dengan diperkenalkannya varian delta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: