Memasuki Era Digital, Demi Belajar Sudah Tak Perlu Membayar Mahal
Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk segmen pendidikan di wilayah DKI Jakarta & Banten, Rabu (22/2/2023), dengan tema “Teknologi untuk Mendukung Proses Belajar dan Mengajar”.
Kecakapan digital saat ini menjadi kemampuan yang dibutuhkan setiap orang, yaitu kemampuan individu dalam menggunakan media digital mulai dari mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan, hingga media sosial.
Baca Juga: Era Digital Membuka Opportunity, Sri Mulyani Dorong Perempuan Semakin Giat Mendongkrak Ekonomi
Salah satunya kemampuan digital digunakan untuk proses belajar mengajar. “Pertanyaannya semua orang bisa pakai tapi apakah bisa memanfaatkannya dengan benar,” ungkap Head of Centre for Intellectual Property di LSPR Institute serta anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI), Xenia Angelica Wijayanto, saat menjadi narasumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk segmen pendidikan di wilayah DKI Jakarta & Banten, Rabu (22/2/2023).
Teknologi sudah sangat dirasakan manfaatnya sebagai penunjang pembelajaran antara lain mendorong rasa ingin tahu dengan menggunakan konten, membantu menyampaikan materi dengan baik dan efisien, hingga meningkatkan kolaborasi dalam proses belajar mengajar. Namun ketika teknologi makin berkembang, maka manusianya juga semakin dituntut cakap digital.
“Kalau kita tidak bisa mengimbangi dengan teknologi, ya kita akan ketinggalan, akan jadi orang-orang yang termakan teknologi itu tanpa kita tahu dan memanfaatkan untuk keuntungan kita juga” cetusnya.
Nah, saat belajar hal pertama yang bisa dimanfaatkan dari teknologi adalah untuk mengeksplore informasi dengan menggunakan mesin pencarian informasi. Berbagai jenisnya selain Google yang sering digunakan, juga ada Yahoo, AOL, Yandex, hingga Baidu yang lebih popular di negara lain. Semua mesin pencarian ini memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu agar bisa memaksimalkannya maka perlu dipelajari lagi.
Selain itu terdapat aplikasi belajar virtual yang sangat mudah untuk diunduh melalui ponsel pribadi, misalnya untuk belajar bahasa dan ilmu pengetahuan. Aplikasi ini sangat berguna ketika individu butuh untuk proses belajar mandiri. “Kita bisa belajar sendiri dengan begitu banyak aplikasi gratis yang ada di internet,” sambungnya.
Baca Juga: Nyindir Gimana Mudahnya Anies Baswedan Pindah Haluan, Loyalis Prabowo: Habis Dipecat Jokowi...
Selanjutnya Dosen Komunikasi di Universitas Al-Azhar Jakarta, Cut Meutia Karolina membahas mengenai “Gen Z di Digital, Bisa Jadi Apa”. “Penggunaan teknologi digital itu tidak berhenti dari kebermanfaatannya saja, bisa menggunakan Zoom, atau mengerti banyak pilihan search engine tapi ketika kita sudah bisa perlu juga menerapkannya dalam hal-hal terkait keputusan bersikap di dunia digital,” Papar Cut meutia.
Hal itu menurutnya bisa lebih mudah ketika individu memahami nilai-nilai Pancasila untuk diterapkan di dunia digital. Apalagi teknologi digital membawa banyak tantangan dalam berbudaya, di mana kini mulai mengaburnya wawasan kebangsaan dan menipisnya kesopanan serta kesantunan di ranah digital.
Nilai-nilai Pancasila seperti toleransi dan gotong royong misalnya, perlu juga diterapkan di dunia digital. Dengan pemahaman itu maka akan ada rasa saling menghargai dan menghormati privasi orang lain dan tidak akan ada kejadian menyinggung orang lain.
Baca Juga: Harta Kekayaan Tiba-tiba Meroket Tinggi, Pejabat Pajak Era Jokowi Dikuliti: Sudah Berulang Kali...
Nara sumber selanjutnya, Co-Founder & Direktur Syburst Corporation, Eko Prasetyo membahas mengenai “Etika Digital”, di mana kini semenjak keberadaan internet seolah sudah tidak ada lagi batas negara karena semua sudah saling terhubung.
Dengan komunikasi yang tak terbatas ini, individu pengguna media digital yang berbeda negara, budaya serta latar belakang sangat rentan mengalami pergesekan ketika berinteraksi. Untuk menghindarinya diperlukan pemahaman terkait etika berinternet yang sebenarnya tak jauh beda dengan etika dan sopan santun saat komunikasi tatap muka langsung.
“Kita harus menyadari bahwa kita sebenarnya berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan lain bukan sekadar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun manusia sesungguhnya,” sebut Eko.
Untuk diketahui, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Kali ini hadir pembicara-pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2023 yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Head of Centre for Intellectual Property di LSPR Institute serta anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI), Xenia Angelica Wijayanto, Co-Founder & Direktur Syburst Corporation, Eko Prasetyo dan Dosen Komunikasi di Universitas Al-Azhar Jakarta, Cut Meutia Karolina.
Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui informasi lebih lanjut silahkan menghubungi Literasi Digital Kominfo di Website https://info.literasidigital.id, Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement