Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPS Umumkan NTP Naik, Tapi Peringatkan Ketimpangan Agrikultur

BPS Umumkan NTP Naik, Tapi Peringatkan Ketimpangan Agrikultur Kredit Foto: Antara/Muhammad Izfaldi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mengembuskan kabar positif di tengah dinamika harga kebutuhan pokok dan tantangan sektor pertanian. Pasalnya, BPS mencatat bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) nasional mengalami kenaikan tipis sebesar 0,22% pada Maret 2025. Kendati nampak kecil, namun angka ini cukup berarti lantaran mencerminkan adanya perbaikan daya beli petani di sejumlah subsektor, khususnya hortikultura.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menyampaikan bahwa NTP nasional kini berada di angka 123,72, naik dari bulan sebelumnya. 

“Kenaikan ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik lebih tinggi dibandingkan dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib), masing-masing sebesar 1,51 persen dan 1,29 persen. Secara sederhana, ini menunjukkan bahwa pendapatan petani dari hasil jual panen meningkat lebih cepat daripada pengeluaran mereka untuk kebutuhan produksi dan konsumsi rumah tangga,” ucap Habibullah, dalam keterangannya, Selasa (8/4/2025). 

Baca Juga: BPS Catat Impor RI Masih Terus Meningkat, Capai US$18,86 miliar di Februasi 2025

Sementara itu, apabila dilihat lebih mendalam, subsektor tanaman hortikultura menjadi penyumbang utama kenaikan ini dengan lonjakan NTP sebesar 3,89 persen. Biasanya petani hortikultura yang bergantung pada hasil panen sayur dan buah-buahan, kini tengah menikmati momentum harga jual yang menguntungkan.

Sementara itu, subsektor tanaman perkebunan rakyat dan peternakan juga menyumbang peningkatan, meskipun dalam angka yang jauh lebih kecil, masing-masing naik 0,09 persen dan 0,46 persen.

Namun, kata Habibullah, tidak semua sektor pertanian bernapas lega. Pasalnya, NTP di subsektor tanaman pangan justru turun 0,57 persen, menandakan tekanan yang masih dialami petani padi, jagung, dan palawija. 

“Demikian pula sektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,35 persen, memperlihatkan ketidakstabilan harga jual hasil tangkapan dan budidaya yang masih menjadi tantangan nelayan,” imbuhnya.

Menurut Habibullah, kondisi tersebut sejalan dengan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,70 persen. Habibullah menjelaskan bahwa lonjakan ini didorong oleh meningkatnya biaya kebutuhan pokok rumah tangga, khususnya di kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Artinya, meskipun pendapatan petani meningkat, beban pengeluaran mereka ikut melonjak.

Sementara itu, indikator lain yang patut dicermati adalah Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) yang juga menunjukkan peningkatan sebesar 1,14 persen, menjadi 127,13. 

“NTUP mencerminkan kemampuan rumah tangga petani dalam membiayai produksi usahanya. Peningkatan ini bisa dibaca sebagai sinyal positif bagi keberlanjutan usaha tani dalam jangka pendek,” jelas dia.

Baca Juga: Komoditas Pendorong Inflasi Ramadan Berubah Setiap Tahun, Ini Data BPS

Lebih lanjut, dalam laporan yang sama BPS merilis data transaksi beras di penggilingan di 33 provinsi. Hasilnya, BPS mencatat bahwa beras kualitas medium masih mendominasi pasar dengan porsi 51,92 persen, diikuti beras premium sebesar 36,42 persen.

Sementara itu, harga beras di tingkat penggilingan juga mengalami kenaikan secara bulanan, dengan beras premium naik 0,98 persen menjadi Rp13.207 per kg. Kenaikan harga juga terjadi pada beras medium, submedium, dan beras pecah.

Secara keseluruhan, meski kenaikan NTP nasional masih tergolong moderat, dinamika subsektor menunjukkan ketimpangan yang patut diwaspadai. 

Pasalnya, petani hortikultura memang tengah diuntungkan, tetapi petani tanaman pangan justru harus menghadapi tantangan harga dan daya beli. 

“Kenaikan harga konsumsi rumah tangga dan pelemahan harga beras dalam jangka panjang juga menjadi sinyal bahwa kesejahteraan petani masih berada dalam posisi yang rapuh dan perlu perhatian serius dari berbagai pihak, terutama menjelang musim tanam berikutnya,” pungkasnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: