Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rekor, Sejarah Harga TBS Petani Pasca-Serapan CPO Domestik Semakin Membaik

Rekor, Sejarah Harga TBS Petani Pasca-Serapan CPO Domestik Semakin Membaik Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas

Petani sawit Indonesia sangat mensyukuri kebijakan Mandatori B30 ini, dan BPDPKS sebagai perpanjangan tangan Kemenkeu dalam mengelola dana PE tersebut harus benar-benar menjalankan 5 fungsi BPDPKS, biar irama dan musiknya sesuai dengan telinga Indonesia, kekurangan dan tidak tercapainya beberapa target adalah tantangan kepada semua pengambil kebijakan di negeri ini, seperti misalnya PSR yang masih pada level 50% dari target 500 rb ha, tentu harus kita runut akar masalahnya, dimana diketahui 84% Petani Calon peserta PSR gagal usul karena kendala diklaim dalam Kawasan hutan, saat ini solusinya sudah ada melalui PP UUCK, clear, seperti itu misalnya merunut dan mencari solusi, bukan malah target PSR yang diturunkan atau dana hibah Rp.30juta/ha ditambah, roh masalahnya bukan disitu, tapi yang gagal usul tadi.

Disinilah rahasia nya mengapa beberapa NGO asing getol memoduskan bahwa PE merugikan dan tidak ada manfaat bagi petani, supaya kebijakan Mandotori B30 ini gagal dan efeknya adalah harga CPO Indonesia akan jatuh, karena roh dari pada serapan domestic tersebut ada di PE dan PE ini dekola oleh BPDPKS dan dana PE ini sebagian dipakai untuk memblending CPO untuk B30. Jika Mandatori B30 di stop maka sawit Indonesia akan menjadi beban negara, karena sawit Indonesia 42% (6,88 juta Ha dari 16,381 juta ha) adalah dikelola Petani dan akan menjadi polemik ekonomi karena 21 juta orang tergantung dengan ekonomi sawit rakyat ini dan CPO Indonesia akan dihargai murah karena stok melimpah, murah sekali menebak modusnya.

Dengan semakin meningkatnya harga CPO Dunia, maka PE juga akan meningkat yang per hari ini PE mencapai 255 USD/ton CPO tujuan eksport dan pundi-pundi negarapun meningkat melalui Bea Keluar sebesar 144 USD/Ton CPO. Jika dihitung total uang yang terkumpul di tahun 2021 dari PE ini mencapai Rp136,265 Triliun dan dari BK sebesar Rp76,950 Triliun, Total PE dan BK ini Rp213,215 Triliun (dengan asumsi 1 USD=Rp14.250).

Memang ada usul dari APKASINDO supaya BK ini di konstankan saja sementara, jangan mengikuti progresif kenaikan harga CPO Dunia, namun itu kembali kepada Kemenko Perekonomian untuk kebaikan sawit dan perekonomian bangsa ini tentunya, karena ekonomi bangsa ini sangat signifikan tertolong oleh industry sawit terkhusus masa-masa sulit saat ini.

Jadi teori yang mengatakan jika PE diturunkan seiring dengan naiknya harga CPO adalah teori modus, kita harus menyadari bahwa PE tersebut sangat dibutuhkan sawit Indonesia dan ini adalah marwah negara ini, terkhusus untuk menjaga harga CPO dunia tetap stabil melalui serapan B30, bahkan naik yang berdampak terhadap harga TBS Petani, mereplanting sawit rakyat untuk tujuan setara nya produksi TBS Petani dengan korporasi, meningkatkan SDM Petani dan anak petani, buruh tani, bantuan sarpras bagi petani sawit, meng ISPO kan sawit Petani, riset, media komunikasi sawit dan diplomasi sawit internasional.

Kesemua faktor-faktor inilah garda terdepan penjaga sawit Indonesia. Jika tidak ada sawit maka habislah hutan di dunia ini, karena faktanya sawit adalah tanaman yang menekan deforestasi karena kebutuhan minyak nabati dunia 58% terpenuhi dari minyak sawit dan sawit 9,8 kali lebih hemat lahan dari tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sawit Indonesia adalah anugerah Tuhan untuk dunia, kita sebagai bangsa harus bangga dan paduserasi untuk menjaganya. Selamat hari Raya Idul Fitri 1442.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: